Oleh Frans Obon
Beberapa desa di Kecamatan Lembor, Manggarai Barat mulai dihantui paceklik terutama desa-desa di pinggir pantai. Banyak jagung, padi, dan kacang-kacangan mati akibat kekeringan. Hal ini akan menyebabkan masyarakat rentan terhadap kelaparan. Seperti diberitakan Flores Pos edisi 9 April, Jumat kemarin, bukan saja tanaman pertanian yang menurun produktivitasnya, tetapi juga hasil tangkapan nelayan. Jika dua sumber pendapatan masyarakat ini menurun produktivitasnya, maka sudah pasti masyarakat akan menderita kelaparan.
Masalah di desa-desa pesisir Nangalili dan sekitarnya hanyalah sebagian kecil dari problem Lembor umumnya. Bagi orang di luar Manggarai, mendengar nama Lembor langsung dihubungkan dengan gudang beras. Lembor dipersepsikan sebagai lumbung pangan (beras) bagi masyarakat Manggarai dan Nusa Tenggera Timur. Persawahan Lembor itu dikenal begitu luas karena pada awalnya memang pencetakan sawah dan irigasi di daerah itu dikampanyekan secara luas agar mendapat perhatian pemerintah pusat. Karena itu amat kontradiktif jika dari Lembor kita dengar ada kelaparan.
Namun Lembor sekarang tidak saja dikenal sebagai lumbung pangan dalam citranya, melainkan juga sebagai eksperimen bagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang terkesan kurang terencana dengan baik. Proyek kapas pernah dikembangkan di Lembor. Proyek ini gagal. Terakhir Lembor dijadikan lokasi proyek ubi aldira. Kita tahu proyek itu meninggalkan begitu banyak cerita kenangan pahit dan manisnya. Ada yang harus berada di balik terali sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Banyak dari kita mengira ketika Manggarai Barat berdiri sebagai sebuah kabupaten baru, daerah itu akan melaju dengan cepat. Rakyatnya sejahtera. Sejahtera tidak lain adalah tidak ada lagi cerita makan putak dan berita kelaparan. Tetapi Lembor sampai saat ini masih menyodorkan kisah-kisah pilu seperti ini. Di Lembor irigasi masih menjadi masalah. Petani keluhkan kekurangan air karena hutan sudah gersang. Lembor sudah jauh dari kesan sebagai lumbung pangan.
Lembor mencerminkan salah urus dan salah menetapkan prioritas. Lembor adalah cermin kecil yang memperlihatkan wajah pemerintah kita. Pemerintah telah keliru dan mungkin terlalu gegabah untuk mengalihkan mata pencaharian masyarakat dari pertanian ke sektor investasi. Mestinya investasi pemerintah tetap fokus pada pertanian mulai dari modal kerja hingga peralatan kerja petani. Modal dan peralatan kerja itu penting untuk meningkatkan produktivitas demi menjamin ketersediaan pangan masyarakat. Pilihan itu bukan tanpa alasan. Sebagian besar masyarakat Manggarai Barat adalah petani, yang makin hari makin subsisten. Jumlah penduduk usia produktif menumpuk di desa tanpa diimbangi sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini jelas memberi beban baru yang lebih berat lagi pada sektor pertanian. Kendati demikian tugas pemerintah adalah memberi insentif bagi peningkatan produktivitas pertanian. Hal ini hanya bisa terjadi seandainya pemerintah tetap fokus pada sektor pertanian.
Sektor pertanian dan lingkungan hidup yang terpelihara dengan baik dalam jangka waktu panjang akan menunjang sektor pariwisata, yang menjadi salah satu keunggulan Manggarai Barat. Kita harusnya belajar lebih keras lagi untuk memberi yang terbaik setelah hampir tujuh tahun Manggarai Barat menjadi kabupaten otonom. Semua ini ada pada pundak pemimpin.
Flores Pos | Bentara | Pertanian
| 10 April 2010 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar