07 Maret 2010

Menghindari Efek Domino


Gerakan Koperasi Kredit menghindari efek domino untuk menjamin keberlanjutannya sebagai lembaga keuangan di pedesaan. Berbagai pembenahan dilakukan mulai dari perangkat keras hingga perangkat lunak.

Oleh FRANS OBON

PUSAT Koperasi Kredit (Puskopdit) Bekatigade Ende, Ngada dan Nagekeo mengumpulkan para pengurus, pengawas, dan manajemen koperasi kredit (Kopdit) di Kemah Tabor, Mataloko, Kabupaten Ngada. Selama dua hari, Sabtu dan Minggu pertengahan Februari lalu sekitar seratus lima puluhan orang menghadiri rapat anggota tahunan (RAT).

 Puskopdit adalah lembaga intermediasi yang mendinamisasi dan memfasilitasi gerakan koperasi kredit di tingkat primer. Sejak awal gerakan koperasi kredit di Flores, para penggerak membentuk lembaga koordinasi gerakan koperasi kredit. Namanya berubah-ubah dan terakhir namanya Puskopdit. Lembaga koordinasi ini membagi dua Flores. Bagian barat hingga pulau Sumba di bawah koordinasi Badan Koordinasi yang berpusat di Ende – belakangan Sumba berdiri sendiri dan Manggarai dalam persiapan -- sedangkan bagian timur berpusat di Maumere.

Data jumlah anggota, saham dan non saham serta kekayaan seluruh koperasi kredit primer ada di Puskopdit. Peran Puskopdit adalah memberikan ilmu pengetahuan dan pengenalan teknologi seperti komputerasi sistem pelaporan dan pengelolaan keuangan. Sasarannya hanya satu: koperasi kredit bertumbuh menjadi lembaga keuangan yang andal, efisien dan efektif dalam melayani anggotanya.

Meskipun demikian, masing-masing koperasi kredit primer memiliki otonomi penuh. Mereka menentukan sendiri kapan menggelar rapat tahunan anggota, produk yang mereka ciptakan untuk anggota, termasuk memilih pengurus. Ada beberapa kewajiban bersama yang dipenuhi agar koperasi kredit primer menjadi anggota Puskopdit.

Udara Mataloko yang dingin dihangatkan oleh kegembiraan dan optimisme para pengurus, pengawas, dan manajemen. Di latar belakang ruang pertemuan dipasang tema “Meningkatkan Kompetensi Fungsionaris Koperasi Kredit dalam Rangka Profesionalisme”. Tema ini mencerminkan program besar koperasi kredit dalam lima tahun terakhir untuk keluar dari pengelolaan tradisional menuju pengelolaan yang lebih profesional.

Bekerja sama dengan berbagai lembaga, Puskopdit memberikan pelatihan pengeloloaan keuangan, teknis pemberian kredit, sistem komputerisasi, studi banding ke Thailand, Bangladesh, Filipina, dan di dalam negeri untuk saling belajar, sharing pengalaman, dan menggencarkan promosi. Puskopdit menggunakan radio dan surat kabar untuk memperkenalkan dan mempromosikan gerakan koperasi kredit.

Acara dimulai pada pukul 17.30. Radio Republik Indonesia sengaja didatangkan dari Ende untuk menyiarkan langsung acara pembukaan.

Di pintu masuk ruangan, Sekretaris Kabupaten Ngada Moses Meda, Wakil Ketua DPRD Ngada Moses Mogo dan Wakil Ketua Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) Jakarta Theofilus Woghe dikalungi selendang tenunan Lio yang dihiasi bunga. Di meja di depan panggung utama duduk Theofilus Woghe, Moses Meda, Moses Mogo dan Yosep Dopo.

Suara Asti Lengga mengalun merdu mempersilakan petinggi koperasi kredit dan pejabat pemerintah untuk memberikan sambutan. Acara pembukaan ini memang diisi oleh sambutan-sambutan dan himne koperasi serta doa. Acara RAT sendiri baru dimulai setelah makan malam.

Manajer Puskopdit Mikhael Hongkoda Jawa menyebut peserta pertemuan sebagai “keluarga besar” koperasi kredit. Meski ada optimisme dan kemajuan dalam setahun kerja, namun dia mengingatkan para pengurus dan manajemen koperasi kredit untuk bersikap awas menghadapi perubahan-perubahan ekonomi dunia.

“Koperasi kredit perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan ekonomi pasar global,” katanya. Tantangan pasar global dan krisis keuangan yang melanda dunia, katanya, disiasati oleh gerakan koperasi kredit dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Karena itu dia bilang, selama lima tahun terakhir, gerakan koperasi kredit tidak hanya mengejar pertumbuhan anggota dan peningkatan jumlah kekayaannya dengan menciptakan beragam produk, melainkan diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia dan kompetensi prefesional pengurus dan manajemen. Dia mengajak pengurus dan manajemen untuk terus belajar sebab “hanya dengan belajar pelayanan pengurus dan manajemen terhadap anggota akan menjadi lebih baik”.

Ketua Puskopdit Yoseph Dopo mengakui bahwa kerja keras Puskopdit yang fokus pada peningkatan profesionalisme berwujud dalam peningkatan jumlah kekayaan, jumlah anggota, beragam produk, dan pelayanan kepada anggota yang makin cepat, efektif, dan efisien.

Dalam sambutannya, dia mengatakan, sejak 2000 gerakan koperasi kredit menerapkan sistem koperasi model. Tiap koperasi kredit berusaha meningkatkan jumlah anggotanya minimal seribu orang. Sebab koperasi berbasiskan anggota. Koperasi kredit model ini, kata dia, adalah “sebuah habitus baru”, sebuah cara baru dalam gerakan koperasi kredit. Koperasi kredit bertumbuh subur, tetapi dengan jumlah anggota yang sedikit, jelas menyulitkan peran Puskopdit sebagai lembaga intermediasi. Karena konsentrasi Puskopdit akan terpecah mengurus banyak koperasi kredit tetapi dengan wajah compang-camping.

Karena itu dalam pertemuan tersebut, baik Mikhael Hongkoda Jawa maupun Yoseph Dopo kembali menegaskan lagi gagasan amalgamasi atau penggabungan secara sukarela koperasi kredit primer yang jumlah anggotanya tidak sampai seribu orang dengan koperasi yang jumlah anggotanya lebih dari seribu dan pengelolaannya lebih profesional.

Berdasarkan kesepakatan pengurus Puskopdit, koperasi kredit primer yang tidak mencapai anggota seribu orang pada Desember 2009 secara sukerela menggabungkan diri tetapi kesepakatan ini diberi toleransi lagi hingga Juli 2010.

Bersamaan dengan kebijakan meningkatkan jumlah anggota, disepakati agar tugas manajemen sehari-hari lepas dari tangan pengurus dan diserahkan kepada manajemen yang memang digaji untuk tugas tersebut. Pengurus hanya bertugas mengurus kebijakan. Dengan demikian akan ada pembagian tugas yang jelas dan kontrol bisa efektif dilakukan. Keputusan ini bukan tanpa resistensi pada awalnya.

“Keputusan ini bukan tanpa resistensi. Namun dengan ini tidak ada lagi dualisme. Pengurus fokus pada kebijakan, sedangkan manajemen mengurus pengelolaan keuangan,” kata Yosep Dopo.

Pembenahan yang dilakukan sejak 2000 sudah memperlihatkan hasilnya. Data Desember 2009, jumlah anggota seluruh koperasi kredit di bawah Puskopdit di Kabupaten Ngada, Ende, dan Nagekeo sebanyak 60.308. Pertumbuhan anggota pada tahun 2009 sebanyak 14.306 orang dan anggota yang meninggal 359 orang. Koperasi kredit Sangosay berbasis di Bajawa menyumbang penambahan anggota pada tahun 2009 sebanyak 2.813 orang, diikuti Kopdit Boawae 2.210 orang, dan Bahtera di Ende sebanyak 1.280 orang.

“Kopdit adalah organisasi yang berbasiskan anggota. Perluasan anggota kopdit harus mulai dari keluarga. Keluarga menjadi inti pengembangan,” katanya.

Kekayaan juga bertambah. Hingga Desember 2009, kekayaan koperasi kredit Rp283,6 miliar, simpanan saham Rp155,9 miliar, simpanan non saham Rp74,5miliar,dan pinjaman beredar (kredit) sebesar Rp237,9 miliar.

“Pertumbuah anggota 31,25 persen dan pertumbuhan keuangan 40 persen. Angka ini kecil bila dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, namun kekayaan ini mencerminkan keswadayaan, semangat solidaritas dan kebersamaan,” kata Yoseph Dopo.

Arah dasar gerakan koperasi kredit ke depan, lanjutnya, adalah meningkatkan pertumbuhan anggota, unggul dalam persaingan dengan membenahi manajemen, dan keberlanjutan sebagai lembaga keuangan dengan membarui terus menerus sistem kerja.

Sebenarnya pada RAT kali ini gerakan koperasi kredit hendak menganugerahkan cincin emas kepada Bupati Ngada Piet Jos Nuwa Wea, namun bupati berhalangan hadir karena masih bertugas di luar daerah. Cincin ini sebagai terima kasih. Sebab Bupati Ngada telah menyumbangkan dana untuk membiayai pendidikan dan pelatihan manajemen dan pengurus koperasi kredit. Tahun 2006 sebesar Rp100 juta, tahun 2007 sebesar Rp75 juta, dan 2009 sebesar Rp50 juta. Pemerintah Kabupaten Ngada juga memberikan sebidang tanah kepada Puskopdit sebagai lokasi dibangunnya pusat pendidikan dan pelatihan koperasi kredit di Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo.

Momentum
RAT kali ini, begitu Wakil Ketua Inkopdit Jakarta Theofilus Woghe, sebuah momentum tepat berkenaan dengan 40 tahun gerakan koperasi kredit di Indonesia. Momentum ini makin memperkokoh semangat solidaritas dengan orang lain dan makin mandiri. Dalam kurun waktu 40 tahun kerja keras telah membuahkan hasil. Dari 300 koperasi besar yang didaftar Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), 146 buah koperasi terbaik direbut koperasi kredit. Delapan buah dari 146 koperasi kredit adalah koperasi kredit di bawah Puskopdit Bekatigade Ende, Ngada, dan Nagekeo. Kopdit Sangosay di peringkat 66, Kopdit Boawae pada peringkat 152,Kopdit Setiawan 226, Kopdit Sinar harapan 230, Kopdit Bahtera 233,Kopdit Sehati 240, Kopdit Jamu 281, Kopdit Handayani 293. Sedangkan koperasi unit desa ada 10 buah yang sebagian besar koperasi peternak sapi, kata Theo.

Efek Domino
Pencapaian ini tidak boleh membuat koperasi kredit lengah, sebaliknya terus menerus membenahi diri. Ini diingatkan Theo karena krisis ekonomi global bisa datang kapan saja seperti pencuri di malam hari. “Kita perlu menghindari efek domino di dalam gerakan koperasi kredit,”katanya, mengingatkan.

Dia menganjurkan agar pengurus dan manajemen “bijaksana dan hati-hati dalam melepaskan kredit, jujur dan profesional dalam mengelola keuangan anggota, dan menghindari konspirasi menyalahgunakan keuangan anggota”.

Meski pertumbuhan kekayaan gerakan koperasi kredit Rp89,4 miliar dan pertambahan anggota 14 ribu lebih, namun dilihat dari pertumbuhan anggota masing-masing koperasi kredit masih ada koperasi kredit yang pertumbuhan anggotanya negatif dalam setahun terakhir.

“Ada dua Kopdit yang pertumbuhan anggotanya negatif, empat kopdit yang pinjaman beredar rendah, tiga kopdit yang aset rendah, empat kopdit simpanan non saham rendah, dan dua kopdit simpanan saham rendah,” ujarnya.

Theo menyebutkan empat fase dalam gerakan koperasi kredit. Fase pertama adalah motivasi (1970-1980) – gerakan koperasi kredit mulai di Flores tahun 1970-an. Pada tahun 1970, Credit Union Counseling Office (CUCO) memperkenalkan koperasi kredit, memberikan motivasi, prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar dari gerakan koperasi kredit. Pada fase ini dibentuk Biro Koordinasi Konsultasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I), lalu menjadi Badan Pengembangan Daerah Koperasi Kredit yang kemudian menjadi BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah).

Fase kedua adalah pengembangan kepemimpinan (1981-1992). Pada fase ini dibentuk Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) berbasis di Jakarta dan Pusat Koperasi Kredit. Tahun 1982 dibuat program interlending di berbagai daerah dan 1985 interlending di tingkat nasional.

Fase ketiga adalah profesionalisasi (1992-2006). Pada periode ini di bawah kepemimpinan Menteri Koperasi Adi Sasono Inkopdit Jakarta mendapat Badan Hukum Nomor 18/BH/VII/1998. Fokus pada periode ini adalah pengembangan sistem, kebijakan, produk, pelayanan, lokakarya manajemen, perencanaan strategis dan tata kelola yang baik.

Fase keempat adalah jaminan mutu (2006-2014), dengan fokus utama adalah branding, benchmarking, supervisi berbasis risiko, dana stabilisasi, regulasi kopdit, dan manajemen pelayanan.

Dia bilang pada fase keempat ini dan ke depannya gerakan koperasi kredit mengembangkan cara kerja yang tidak hanya memperhatikan citra diri yang berlandaskan pada to have (memiliki) melainkan pada proses becoming (menjadi). “Strategi lainnya adalah mencegah terjadi pengeroposan dari dalam dengan cara memelihara visi awal gerakan koperasi dan senantiasa memelihara semangat kebersamaan serta membangun kompetisi yang sehat dalam pengembangan anggota,” katanya.

Gerakan koperasi kredit ke depan, ujarnya, harus bisa membebaskan anggota dari masalah finansial, membantu orang miskin memiliki akses pada lembaga keuangan koperasi kredit, dan membantu anggota mengelola keuangan dan pendapatan rumah tangganya.

Pada RAT kali ini dibahas empat strategi besar yang diyakini bisa menjamin keberlanjutan koperasi kredit.

Pertama, membangun keberlanjutan dengan menerapkan sistem manajemen stabilisasi, perlindungan anggota dan perlindungan lembaga koperasi kredit. Elemen dasar dari strategi pertama adalah perlunya dana stabilisasi, pelayanan supervisi berbasis risiko, tata kelola yang baik, dan ansuransi anggota koperasi kredit.

Kedua, menjadikan koperasi kredit lembaga keuangan yang aman dan terpercaya antar lain pemberian kredit jangka pendek yang mampu mengentaskan kemiskinan di kalangan anggota, manajemen keuangan dan deposito serta saham, dan amalgamasi.
Ketiga, menjadikan Puskopdit sebagai lembaga pembelajaran profesional untuk membangun sumber daya manusia.

Keempat, membangun jejaring kerja sama antarkoperasi, pemerintah dan lembaga masyarakat.

Empat strategi ini dibahas dalam diskusi kelompok pada hari kedua. Dalam sesi pleno, sebagian besar disetujui namun ada beberapa usulan-usulan konstruktif.

Visi AwalBaik Mikhael Hongkoda Jawa, Theofilus Woghe, maupun Yoseph Dopo mengajak para pengurus dan manajemen koperasi kredit untuk tidak melupakan visi awal dari gerakan koperasi kredit. Visi awal itu adalah nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi dan pedoman arah pada gerakan koperasi kredit: swadaya, solidaritas, dan pendidikan.

Theo Woghe menambahkan perlu adanya kebebasan, sukarela, kebersamaan hak, toleransi, saling menghargai, dan tanggung jawab bersama. Bahkan gerakan koperasi kredit harus lintas batas suku, agama, dan ras. “Kita passing over, tidak membawa agama tertentu. Kita lintas budaya dan lintas politik. Kita tidak boleh menjadikan kopdit sebagai gerakan politik,” katanya.

Moses Mogo, Wakil Ketua DPRD Ngada dari PDI Perjuangan mengutip kata-kata Soekarno: jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). “Bukan karena saya dari PDI Perjuangan,” kilahnya.

Moses Mogo memang sejak awal terlibat dalam gerakan koperasi kredit. Jika memakai kategori Theo Woghe, dia ada di dua fase pertama yakni fase motivasi dan fase pengembangan kepemimpinan. Hampir dua puluh tujuh tahun ia bergerak bersama koperasi kredit.

“Puji Tuhan saya dan saudara bertemu kembali di sini. Kita punya hubungan emosional yang kuat dalam gerakan koperasi kredit. Daya tarik gerakan kopdit begitu kuat sehingga kita bersaudara,” katanya.

Dengan secarik kertas di tangan, Moses Mogo sesekali membuat guyon politik. Bahkan dengan blak-blakan dia menyampaikan bahwa dia akan mencalonkan diri sebagai anggota dewan perwakilan daerah (DPD) pada 2014 setelah dua periode duduk di DPRD Ngada.

Setelah mengisahkan tantangan awal dalam gerakan koperasi kredit pada tahun 1970-an, dia mengingatkan lagii perlunya gerakan koperasi kredit menjaga nilai-nilai dasar atau filosofi dasar koperasi kredit.

Swadaya, solidaritas dan pendidikan adalah tiga pilar utama dalam gerakan koperasi kredit. “Tiga pilar utama ini yang membuat koperasi kredit tidak gentar terhadap globalisasi. Kita harus pegang tiga pilar dasar ini,” katanya.

Dia bilang RAT koperasi kredit harus pula menjadi ruang pengembangan demokrasi. Tiap orang punya hak yang sama untuk bersuara. Bahkan “perang urat syaraf” dalam RAT itu adalah bagian dari dinamika koperasi kredit. RAT juga kesempatan membagi pengalaman dan ilmu pengetahuan.

“Kita tidak bicara uang, kekayaan tetapi anggota bersama-sama membicarakan hal-hal penting. Karena keberhasilan kita pada pengembangan sumber daya manusia,” katanya. Dia mendukung langkah Puksopdit menjadi institusi pembelajaran bagi koperasi kredit primer.

Dari segi solidaritas, daperma dan sumbangan kematian tetap menjadi hal penting. Namun dia mengingatkan agar gerakan koperasi kredit mendorong anggotanya menjadi warga negara yang baik dengan membayar pajak. Dia bilang, anggota koperasi bisa membayar pajak melalui koperasi. Dengan ini, bagi dia, koperasi kredit ikut mendorong peningkatan pendapatan pemerintah dan mempertebal kocek pemerintah dari pendapatan asli daerah. Menutup sambutannya, selain mengulang kembali jasmerah, dia mengajak peserta RAT untuk “menjaga performance lembaga koperasi kredit”.

Pemberlakuan pakta perdagangan bebas Indonesia-China, begitu kata Sekretaris Daerah Moses Meda, perlu menjadi peluang dan tantangan bagi anggota koperasi kredit.
“Kopdit perlu menyiapkan langkah-langkah strategis agar bisa berkompetisi. Sebab kita tidak bisa melepaskan diri dari persaingan,” katanya.

Sebab itu RAT menjadi momen evaluasi dan merancang strategi untuk pengembangan koperasi. “Semangat solidaritas perlu dijaga untuk bersama-sama menghadapi perdagangan bebas ini,” ujarnya.

“Nama besar Puskopdit sekarang jangan membuat pengurus lengah. Koperasi kredit harus terus menggalang anggota baru terutama kelompok masyarakat miskin agar mereka memiliki akses pada modal,” katanya.

Dia menjanjikan dukungan dari pemerintah Kabupaten Ngada untuk pengembangan koperasi kredit. “Mari kita kerja sama”.

Usai makan malam, masih ada diskusi-diskusi kelompok mulai dari masalah organisasi hingga rencana-rencana strategis ke depan. Diskusi tidak sampai larut malam. Malah kesempatan ini semacam reuni gaya koperasi kredit karena umumnya para pengurus dan manajemen saling kenal.

Pertemuan dilanjutkan setengah hari berikutnya, setelah perayaan ekaristi di kapela Kemah Tabor. Hari kedua adalah hari Minggu. Karena pertemuan pleno berlangsung lama, maka acara penutupan singkat. Theo Woghe menutupnya dengan mengetuk pada mik tiga kali. Para peserta langsung makan siang dan bergegas pulang. Sedangkan para pengurus teras Puskopdit masih menggelar pertemuan.

Di Kemah Tabor, tempat yang dibangun misionaris Serikat Sabda Allah, pengurus teras koperasi kredit membahas tanggung jawab yang mereka pikul dalam mengelola keuangan anggota. Taman Kemah Tabor yang indah, hijau dan asri menambah optimisme di kalangan gerakan koperasi kredit untuk terus bertumbuh dan bersikap awas demi “menghindari efek domino”.

Rombongan kami yang paling akhir meninggalkan Mataloko. Bersama dengan itu, kita turun dari gunung Tabor untuk menjemput kembali kehidupan nyata, tempat kita bergulat dan mengolah komitmen dan tanggung jawab mengembangkan koperasi kredit. Pintu bagi masyarakat untuk mendapatkan askes pada lembaga keuangan (acces to finance).

Dari lantai dua rumah Kemah Tabor saya memandang seminari Mataloko, tempat persemaian tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas para calon imam Katolik. Saya mengambil beberapa gambar. Saya dibawa kembali ke sebuah masa di mana benih itu ditanam oleh Gereja di tanah Flores. Benih koperasi kredit. Paulus menanam dan Apolos menyiram. Benih itu sudah mulai bertumbuh. Dalam iman yang tidak sebesar biji sesawi kita serahkan benih ini di hadapan Dia yang telah memulainya.

Flores Pos | Feature | Koperasi
|5-6 Maret 2010

Tidak ada komentar: