13 Januari 2010

Rabies Kumat Lagi

Oleh Frans Obon


SEORANG ibu guru dari Ngkiong meninggal. Paling tidak dari gejala yang terjadi pada pasien, kuat dugaan bahwa dia meninggal karena rabies. Sebab dari riwayatnya, dia pernah digigit anjing beberapa waktu lalu. Anjing ini milik keluarga sendiri. Dia terpaksa merenggang nyawa.

Seperti diakui oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng Dokter Dupe Nababan, kasus gigitan hewan penular rabies (HPR), yang umumnya adalah anjing peliharaan masyarakat sendiri, meningkat belakangan ini. Hal itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang datang ke RSUD Ruteng untuk mendapatkan pelayanan vaksin anti rabies (VAR). Warga yang datang itu dari tiga kabupaten: Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.

Lebih celakanya lagi, persediaan VAR telah kosong sehingga sulit rasanya bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan VAR. Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Yulius Weng juga mengakui bahwa persediaan VAR telah kosong di RSUD Ruteng. Pemerintah sudah minta bantuan dari pemerintah Manggarai Barat untuk menyuplai VAR.

Bagaimana kita melihat persoalan ini. Pertama, jika fokus kita pada masalah persediaan VAR, maka penyelesaiannya adalah pemerintah menyediakan VAR. Ini artinya dialokasikan anggaran yang lebih besar untuk membeli vaksin. Pemerintah harus berusaha dan berjuang menyediakan dana untuk pengadaan VAR. Jika benar informasi bahwa ada apotik di Manggarai sudah menyiapkan VAR, maka tidak menjadi alasan bagi pemerintah untuk membiarkan masyarakat mencari sendiri. Sebab harganya yang mahal menyulitkan bagi masyarakat untuk menjangkaunya. Apalagi tugas utama pemerintah adalah menyediakan pelayanan publik bagi warganya.

Kedua, jika jumlah korban makin meningkat dan hampir tiap hari orang datang mencari VAR di rumah sakit, ini artinya masalahnya harus dipandang lebih serius. Ini bukan soal persediaan VAR lagi. Sebab ini tindakan kuratif. Pemerintah mesti memberlakukan situasi ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Dengan diberlakukannya KLB, maka akan ada langkah konkret yang lebih sinergis untuk menyatukan kekuatan semua multistakeholder menggempur masalah ini. Tim yang sudah lama dibentuk digerakkan kembali dan dilakukan kampanye besar-besaran ke kampung-kampung terutama di tempat-tempat yang dikategorikan ”titik merah” bagi gigitan anjing rabies. Memang diperlukan kampanye lebih intens untuk menarik perhatian masyarakat.

Ketiga, ada satu hal yang terlupakan dan seringkali luput dari perhatian kita bahwa sebentar lagi Manggarai dan Manggarai Barat menggelar Pilkada. Tetapi seperti pada umumnya partai politik tidak bermain pada level menyelesaikan masalah masyarakat, tetapi lebih pada figur. Partai politik sibuk mencari figur, tetapi sering tidak mendiskusikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Karena partai tidak konsern dengan masalah-masalah sosial ke masyarakatan, maka partai menyerahkan kepada figur untuk membahas masalah-masalah sosial kemasyarakat melalui visi misi dan program calon. Seperti pada umumnya program para calon hanya bersifat umum saja. Karena itu sudah saatnya partai politik dan calon-calon bupati dan wakil bupati Manggarai dan Manggarai Barat membicarakan masalah-masalah masyarakat, termasuk rabies ini, lebih konkret lagi.

Flores Pos | Bentara | Rabies
| 13 Januari 2010

Tidak ada komentar: