Oleh FRANS OBON
Sudah sejak awal pencetakan sawah Lembor, wilayah itu memang dimaksudkan sebagai lumbung pangan terutama bagi Manggarai. Lembor dijadikan salah satu sentra produksi padi sawah. Usaha awal ini tidak lain agar masyarakat cukup pangan. Rakyat Manggarai tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar. Apalagi mengharapkan proyek beras miskin. Pemerintah daerah masa itu konsisten ingin mengembangkan apa yang kita sebut sekarang keamanan pangan (food security).
Pencetakan sawah Lembor adalah karya tangan Bupati Manggarai Frans Sales Lega. Dia dikenang sebagai peletak dasar pembangunan pertanian Manggarai. Peletak dasar pengembangan komoditas perdagangan. Dia menyemangati rakyatnya dengan mendorong mengembangkan pertanian. Karenanya dia dikenang sebagai bupati yang visioner. Lega dikenang juga sebagai orang yang teguh dan keras seperti batu karang.
Dia mendedikasikan dirinya untuk rakyat Manggarai. Dia membangun dari apa yang dimiliki rakyatnya.
Namun Lembor sebagai lumbung pangan seakan meredup. Mungkin juga di masa datang. Sawah Lembor belepotan dengan banyak masalah. Yang paling parah adalah krisis air. Hutan Nteer yang telah gundul telah menghancurkan masa depan sawah Lembor. Proyek ampupu yang ditanam tahun 1980-an dibabat habis setelah dua puluh tahun lebih. Hutan tutupan yang menjamin tersedianya air sudah dibabat. Kita semua menonton dan tidak bisa menghentikan tindakan tersebut.
Lembor masih belepotan dengan ketersediaan pupuk. Musim tanam tahun ini petani protes. Karena pupuk langka. Harganya di luar batas ketentuan pupuk bersubsidi. Padahal pupuk amat vital untuk persawahan Lembor. Sawah Lembor juga tahun ini krisis air irigasi. Karena proyek irigasi yang baru saja selesai, masih bocor di sana-sini. Ini tentu berkaitan dengan kualitas pengerjaan proyek.
Bila kita lihat Lembor dari tahun ke tahun, kita akan mendapat kesan bahwa pemerintah kita lupa menjaga Lembor sebagai salah satu lumbung beras. Lembor tidak dioptimalisasikan. Produksi beras tidak mengalami peningkatan yang berarti. Sebaliknya penerima beras miskin justru meningkat. Mengakibatkan pula jumlah angka kemiskinan di Manggarai Barat meningkat.
Lembor hendaknya tetap dijaga dan akan terus dipelihara sebagai lumbung beras di Manggarai. Konsekuensi dari komitmen itu adalah daerah-daerah persawahan harus diprioritaskan. Dinas Pertanian sebagai garda terdepan institusi birokrasi hendaknya lebih terfokus pada daerah-daerah sentra produksi beras. Hal ini akan bisa menjamin ketersediaan pangan di daerah tersebut. Pangan tentu tidak identik dengan beras. Tapi jika kita punya sentra produksi beras, mengapa kita tidak mengoptimalkannya. Ini jauh lebih baik daripada dinas pertanian mengembangkan proyek-proyek lain seperti ubi aldira. Kita lebih baik kembali kepada potensi pertanian kita.
Flores Pos / Bentara / Pertanian
/5 Januari 2009 /
Tidak ada komentar:
Posting Komentar