Oleh FRANS OBON
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah kesempatan bagi rakyat untuk secara langsung memilih pemimpin mereka. Dengan ini mau kita katakan bahwa pilkada hendaknya dipandang sebagai kesempatan berharga bagi rakyat untuk menyeleksi pemimpin yang akan membawa mereka keluar dari berbagai kesulitan dan mendorong mereka menuju kesejahteraan bersama. Kesejahteraan yang dilandaskan pada keadilan, solidaritas, dan bermartabat.
Penting sekali bahwa seorang pemimpin membangun daerah ini di atas dasar keadilan. Adil terhadap rakyat kecil. Adil dalam hal membayar ganti rugi milik rakyat. Adil terhadap pengelolaan proyek-proyek pemerintah. Adil atas pembagian pendapatan daerah. Adil dalam penggunaan anggaran-anggaran publik.
Di samping itu, seorang pemimpin yang akan kita pilih hendaknya membangun solidaritas dengan rakyatnya. Karena faktanya bahwa banyak pemimpin setelah berkuasa lupa bahwa kekuasaan itu diabdikan untuk rakyat. Gaya kehidupan rakyat dan pemimpinnya jauh berbeda. Pemimpinnya menumpukkan kekayaan, sedangkan rakyatnya menderita kelaparan, gizi buruk, dan busung lapar. Pemimpin-pemimpin kita itu lahir dari rahim masyarakat kita yang serbakekuarangan, serbaterbatas. Tetapi pemimpin kita tidak membangun solidaritas dengan rakyatnya sendiri. Mereka menciptakan kelas-kelas sosial baru yang berbeda jauh dari realitas kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Pemimpin yang kita pilih itu juga nantinya adalah pemimpin yang bermartabat. Martabat yang kita maksudkan di sini adalah pemimpin yang punya harga diri. Pemimpin yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Karena telah menjadi kritikan luas bahwa banyak pemimpin kita membelanjakan uang publik bukan terutama bagi kepentingan rakyat, melainkan bagi kocek sendiri. Mereka membangun kongsi dengan para pendukung pilkada untuk membagi kue kekusaan itu di lingkaran mereka sendiri. Sedangkan rakyat yang berada di pinggir arena permainan menonton.
Apa yang ingin saya sampaikan dari litani sederhana ini adalah bahwa rakyat kita mesti pula jeli memilih pemimpinnya. Karena pilihan rakyat seringkali tidak tepat, meleset. Sudah banyak contoh dan juga sudah banyak keluhan bahwa bupati dan wakil bupati pilihan rakyat seringkali tidak didasarkan pada pertimbangkan rasional, melainkan lebih pada jaringan keluarga, sentimen wilayah, dan kenangan masa lalu. Buktinya bupati dan wakil bupati tidak bekerja maksimal setelah memimpin. Adalah tugas pemimpin-pemimpin lokal (tokoh adat dan tokoh agama) untuk memberitahukan kepada rakyat kita bahwa betapa suara rakyat itu penting untuk menyeleksi pemimpin yang berkualitas di daerah ini. Rakyat kita harus dibantu untuk menjatuhkan pilihan yang tepat. Jangan sampai legitimasi kekuasaannya kuat karena dipilih langsung, tapi tidak mampu berbuat apa-apa untuk kesejahteraan rakyat.
Flores Pos Bentara Pilkada 23 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar