09 Januari 2008

Ricuh di Tubuh PAN Ende

Oleh FRANS OBON

Partai Amanat Nasional (PAN) Ende Rabu kemarin ricuh. Partai ini terbelah dalam dua kelompok, yang pro dan kontra dengan pelaksanaan musyawarah daerah (musda). Polisi tidak mau mengambil risiko membiarkan musda berjalan.

Ketua PAN sekarang Agil P Ambuwaru menolak musda digelar, sedangkan kelompok Sabri Indradewa (mantan anggota DPRD Ende dari PAN periode 1999-2004) menginginkan musda. Salah satu agenda musda hendak membahas pergantian antarwaktu (PAW) Agil P Ambuwaru (anggota DPRD Ende dari PAN periode 2004-2009). Artinya dia digeser dari ketua partai, baru dibahas pergantian antarwaktu. Alasannya adalah Agil Ambuwaru pernah membuat surat pernyataan, jika dia terpilih menjadi ketua Muhammadyah Ende, dia bersedia mundur dari ketua PAN. Tetapi Agil membantah hal ini, sebab tidak ada aturan yang melarang merangkap jabatan partai dan organisasi sosial. Musda urung dilaksanakan.
Yang menarik bagi kita adalah Agil mensinyalir ada pihak lain ikut bermain di sini untuk kepentingan suksesi di Kabupaten Ende 2008. Setidak-tidaknya, kasus ini terjadi berkaitan erat dengan pemilihan kepala daerah (pilkada).
Sinyalemen ini bisa diterima dan dimengerti secara akal sehat sebab para politisi yang mengincar kekuasaan sekarang ini sedang menggalang dukungan partai politik dan basis massa di tingkat akar rumput.
Intervensi orang di luar partai bukanlah cerita baru dalam kehidupan partai kita. Pada masa orde baru Soeharto, intervensi pihak luar partai terhadap kehidupan partai sangat besar. Polanya kira-kira sama yakni menciptakan konflik internal dengan memakai tangan orang-orang partai sendiri. Sering disayangkan bahwa orang-orang partai dengan kepentingannya sendiri-sendiri menyediakan diri untuk tujuan ini. Dengan kedok pembina partai, pemerintah datang sebagai penyelamat.
Sekarang ini intervensi orang luar terhadap partai masih berlangsung dengan pola berbeda. Kelemahannya adalah sistem kaderisasi dalam partai masih lemah. Bahkan tidak berjalan. Kelemahan ini diperbesar lagi oleh tidak adanya tradisi berpartai secara benar. Belum lagi orang partai menyediakan diri untuk menciptakan kongsi politik dengan jaminan uang (money politics).
Sistem multipartai sekarang ini, yang menyuburkan bertumbuhnya partai baru, ikut menyumbangkan munculnya politisi-politisi instan dan koboi-koboi politik. Itulah sebabnya ciri politik kita saat ini adalah politik uang, lain kata, lain perbuatan, utamakan kepentingan kelompok, dan munculnya politisi instan. Seandainya tiap anggota partai memegang teguh aturan berpartai, mekanisme seleksi calon, niscaya konflik penentuan calon partai untuk merebut kekuasaan eksekutif akan jauh dari hiruk pikuk penuh pertengkaran. Dengan ini pula, politik akan dilandasi pada moralitas politik yang benar.


FLORES POS | BENTARA | POLITIK | 22–3-2007 |

Tidak ada komentar: