10 Januari 2008

Rakyat sebagai Investor

Oleh FRANS OBON

Menjelang suksesi begini di beberapa kabupaten, kita menganggap ada satu masalah penting yang perlu didiskusikan dengan cermat. Yakni apakah kita mesti mengundang investor besar dengan padat modal atau memberdayakan para petani kita di desa-desa (rakyat sebagai investor).

Tema ini menjadi penting juga terutama pada saat masyarakat kita berada pada eforia pemekaran daerah baru. Apakah daerah baru itu memerlukan investor besar padat modal agar mendapatkan kesejahteraan? Ataukah seorang pemimpin berusaha menghidupkan dan mendorong masyarakatnya untuk memberdayakan segala potensi di daerah kendati dengan modal terbatas?
Ketika pelaksanaan otonomi mulai dan reformasi pemerintah berjalan tahun 1999, kita terlena dalam wacana reinventing government, yang tidak lain adalah menyuntikkan semangat wirausaha ke dalam birokrasi pemerintahan. Dengan obsesi bahwa salah satu esensi otonomi daerah adalah auto-money, maka kita menggali sedemikian berbagai potensi yang bisa mendatangkan uang bagi daerah.
Ujung akhir dari asumsi ini adalah menciptakan berbagai aturan yang justru tidak meringankan rakyat melainkan memberatkan mereka dengan berbagai pungutan. Orang lalu mengira otonomi ternyata tidak untuk mendorong manusia konkret di tingkat lokal untuk maju, tapi malah dibebani dengan berbagai pungutan. Padahal salah satu esensi otonomi daerah mestinya juga mendorong manusia pada tingkat lokal untuk memiliki otonomi diri, dapat menentukan sendiri, dan menjadi tuan atas diri sendiri. Sehingga dalam konteks pembangunan pun manusia lokal itu menjadi pemilik di tanah mereka sendiri.
Tema investor besar atau petani di desa-desa perlu juga dibicarakan menjelang suksesi begini untuk menghindai praktik mencari cukong pada investor dengan konsensi-konsensi ekonomi yang merugikan masyarakat setempat. Pemimpin-pemimpin kita dengan kemampuan dan daya pengaruh serta kaki tangan kekuasaan yang menggurita hingga ke lapisan akar rumput akan dengan mudah menipu rakyat dengan janji-janji kesejahteraan. Bahwa investor besar yang datang dengan modal besar akan membebaskan rakyat dan daerah ini dari kemiskinan.
Kita khawatir bahwa masyarakat kita yang sudah begitu miskin akan melihat janji-janji ini sebagai tindakan dan ekonomi keselamatan yang membebaskan mereka. Tetapi belakangan mereka tahu bahwa investor yang datang itu tidak murni membangun ekonomi mereka, melainkan hasil permainan elite kekuasaan birokrasi dan elite ekonomi yang kian menggurita ke daerah.
Tema ini menjadi menarik lantaran mencerminkan pertarungan antara kecenderungan ekonomi global yang mengandalkan uang atau menyatukan rakyat di konteks lokal untuk melawan pasar yang kapitalis. Hanya dengan menyuntikkan kekuatan kepada rakyat kita sendiri, mereka akan bisa bersaing dalam globalisasi. Lapangan kerja tidak hanya diciptakan oleh pemodal besar, tetapi masyarakat sendiri bisa menciptakannya.

Flores Pos | Bentara | Ekonomi
| 7 Maret 2007 |

Tidak ada komentar: