10 Januari 2008

Penting, Figur dan Program

Oleh FRANS OBON


Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Ende masih tahun depan. Tetapi aroma politiknya sudah mulai terasa. Perdebatan kecil dari proses itu adalah, mana yang diutamakan sekarang ini, program atau figur. Wacana kecil ini mencuat dalam berita media ini, Kamis kemarin.

Mengapa dua-duanya penting? Kira-kira begini, rakyat tahu masalah mereka (prioritas pembangunan), tetapi siapakah yang bisa melaksanakannya? Karena itu pemimpin memegang peranan sentral dan kunci. Prioritas pembangunan tidak akan ada guna gananya di hadapan pemimpin yang tidak cerdas dan tuna nurani atau tidak peka dengan rintihan rakyatnya. Di sisi lain, rakyat tahu figur yang disodorkan oleh partai-partai yang nanti bakal dipilih, tetapi rakyat tidak tahu calon pemimpin itu mau buat apa nanti (programnya apa?). Karena sekarang ini diam-diam partai memperkenalkan figur mereka ke masyarakat. Tapi apa dan bagaimana “isi kepalanya”, rakyat belum tahu.
Figur dan program adalah dua hal penting dalam suksesi. Suksesi adalah rangkaian tak terputuskan, di mana rakyat memilih pemimpin mereka. Pemimpin yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik melalui program-program. Sebab itu dua hal penting ini tidak bisa dibicarakan secara sekuens, melainkan harus bersamaan.
Berbicara program penting, karena seorang pemimpin dipilih karena programnya. Bahwa program yang ditawarkan itu masuk akal (reasonable) dan dapat dilaksanakan (applicable). Tidak mengawang-awang. Pemimpin yang tidak punya prioritas, tidak punya visi dasar yang jelas akan menghabiskan waktunya untuk urusan tetek bengek birokrasi. Pemimpin tidak saja cukup untuk menjadi seorang birokrat yang patuh dan loyal, tetapi juga punya visi. Visi itu tertuang dalam program kerjanya, gebrakan-gebrakannya, dan terimplementasi secara jelas dalam APBD.
Pemimpin-pemimpin kita saat ini tidak punya terobosan yang berarti. Karena itu, inilah yang menjadi alasan mengapa pada masa ini semua orang tiba-tiba merasa bisa menjadi bupati dan wakil bupati. Karena fakta berbicara bahwa apa yang dilakukan seorang pemimpin hanya yang itu-itu saja: buka sidang, buka pertemuan, marah-marah, gertak-gertak, bergerombolan ke desa-desa, dll. Tidak ada hal yang luar biasa.
Bicara figur juga penting karena kita akan bicara soal kualitas kepemimpinan. Masyarakat kita dengan tingkat melek politik yang rendah, akan dengan mudah terpesona dengan pesona yang ditebarkan figur. Padahal, politisi selalu bermulut manis. Karena itu kita bisa menguji dan menakar kualitas kepemimpinannya dari apa yang mereka lakukan tiap hari.
Bagaimana semua ini harus diuji baik program maupun pribadi calon? Kita harus menyediakan sebanyak mungkin kesempatan untuk membawa calon-calon ini atau orang-orang yang potensial menjadi pemimpin kita ke dalam forum-forum di mana mereka bisa tampil menyampaikan gagasan mereka. Kita membawa mereka ke ajang pertandingan ide-ide, konsep-konsep, dan program-program, sehingga publik memiliki alasan rasional untuk memilih pemimpinnya. Agar rakyat kita tidak memilih pemimpinnya hanya berdasarkan ikatan suku dan primordialisme.

Flores Pos Bentara Kepemimpinan 3 Maret 2007

Tidak ada komentar: