13 November 2007

Sinode dan Mutu Gereja Manggarai

Oleh FRANS OBON

Gereja Keuskupan Ruteng sedang menggelar Sinode di mana umat Katolik baik hirarki maupun umat Katolik diajak ke dalam satu ruang diskusi mengenai kehidupan Gereja sekarang dan bagaimana membangunnya ke masa depan. Itulah sebabnya dipresentasikan ke hadapan peserta evaluasi reksa pastoral yang dilaksanakan selama ini baik dari segi kekuatan dan kelemahannya, pun peluang yang akan dimanfaatkan ke depan dan tantangan yang akan dihadapi. Pendek kata, dalam sinode ini Gereja Katolik Manggarai membenah dirinya agar reksa pastoral yang dibangunnya menjawabi masalah zaman ini.
Mantan Gubernur NTT Ben Mboi mengedepankan empat filosofi dasar dalam kehidupan Manggarai. Empat filosofi dasar itu menunjukkan bahwa filosofi yang sama dapat diterapkan dalam keseluruhan kepemimpinan Gereja baik di tingkat hirarki maupun pada level kehidupan komunitas basis. Ben Mboi menggali itu dari filosofi orang Manggarai sendiri.

Filosofi itu adalah tinu, titong, toing, dan teing. Tinu dalam bahasa Manggarai adalah memelihara. Tugas pemimpin Gereja adalah memelihara perbendaharaan iman (depositum fidei). Pemimpin Gereja dalam segala tingkat bertugas memelihara warisan iman, memupuknya dengan semangat yang benar dan dalam kebebasan anak-anak Allah. Titong adalah tugas kegembalaan, agar menuntun domba-domba ke padang hijau. Agar dengan gala dan tongkat kegembalaan, domba yang lari keluar dituntun kembali ke jalan yang benar. Jika dia masih lari keluar, domba itu bisa dipukul agar ular tidak menggigitnya menuju padang kegembalaan. Toing adalah aspek mengajar. Iman timbul dari pengajaran. Aspek ini penting agar Gereja berani bersuara mengatakan pendiriannya. Gereja harus berani menentang ketidakadilan, sekalipun suaranya itu terbilang minoritas. Dalam arti mesti kecenderungan umum menerima satu hal, namun melawan prinsip dan iman Katolik, maka Gereja harus berani bersuara. Teing adalah memberi. Gereja sebagai penyalur rahmat harus terus menerus menyalurkan rahmat kepada umatnya. Karena bukankah Gereja disebut Bunda Gereja, yang melahirkan anggota baru? Dalam segala keterbatasannya Gereja memberi dirinya, mengorbankan dirinya demi umatnya.
Semua ini hanya satu tujuan agar kesejahteraan rohani umat terjamin dan kehadiran Gereja makin dirasakan dalam kehidupan modern ini. Kehadiran Gereja sebagai garam dan terang mesti sungguh-sungguh diperlihatkan di wilayah publik. Sinode ini di mana utusan umat hadir mesti juga meningkatkan komitmen umat Katolik Manggarai agar mutu mereka makin ditingkatkan. Mutu kehidupan itu terlihat dari praksis hidup mereka baik di dalam birokrasi pemerintahan, di kampung-kampung maupun dalam berbagai profesi yang diemban umat Katolik. Kita berharap sinode ini makin meningkatkan mutu kehidupan Gereja Manggarai, sehingga Gereja menjadi garam dan terang.

Flores Pos / Bentara / Agama / 27 Oktober 2007

Tidak ada komentar: