08 November 2007

Jangan Lupakan Sejarah

Oleh: FRANS OBON

Manusia sebagai makhluk momental hidup dalam rentangan waktu. Hari kemarin menentukan hari ini dan hari ini menentukan hari esok. Sejarah berjalan dalam siklus demikian. Apa yang diputuskan hari kemarin membentuk sebagaimana kita sekarang ini dan apa yang kita putuskan hari ini, akan membentuk kita di hari esok.

Sedemikian pentingnya hari ini untuk hari esok, juga kita bisa kenakan dalam membuat satu keputusan politik. Politik bukanlah hanya urusan orang yang memerintah, sehingga dia bisa mengklaim bahwa politik hanya urusan dia seorang diri atau lingkaran elite politik lainnya. Politik adalah urusan publik (res publica), sebab itu wajar saja bila setiap orang berbicara mengenai politik. Tidak ada orang yang bisa melarang orang lain untuk berbicara politik. Semua orang punya hak berpolitik.

Kita sekarang ini sedang masuk dalam lingkaran prasangka politik. Ada kategori asli dan pendatang. Prasangka politik dan politik diskriminatif seperti ini sama sekali tidak konstruktif untuk sebuah kehidupan politik yang sehat.

Dalam kasus Kabupaten Ende, misalnya prasangka politik dan politik diskriminatif seperti ini boleh dibilang sebuah langkah mundur. Apalagi politik diskriminatif diembuskan dan ditujukan ke pihak Gereja Katolik.

Dari sejarah Gereja Katolik Flores, Keuskupan Agung Ende memegang sebuah peran sentral dalam memajukan rakyat Flores. Sejak kehadiran aktif misionaris dari Serikat Sabda Allah, yang mengambil alih pelaksanaan misi Sunda Kecil dari Serikat Jesus, yang dibangun tidak saja hal-hal rohani, tetapi Gereja Katolik juga membangun kultur dan ekonomi rakyat melalui lembaga-lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai pusat kebudayaan baru dibangun Gereja Katolik. Orang-orang dari gunung di Lio, di Manggarai, di Bajawa, di Sikka, di Flotim, di Lembata, digembleng melalui sekolah-sekolah yang dibuka misi Katolik. Rumah sakit dibuka untuk melayani masyarakat. Tenaga kesehatan misi Katolik berjalan dari kampung ke kampung.

Kota Ende kemudian yang menjadi pusat pemerintah Flores menambah daya ungkit dari kemajuan ini. Ende terkenal dan diperhitungkan dalam kancah politik nasional. Ini akibat dari akumulasi intelektual dari seluruh Flores yang bekerja di Ende.

Hal yang sama juga berlaku bagi Gereja Katolik. Akumulasi intelektual para imam yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dan dunia internasional memperkaya rakyat Flores. Kalau sekarang hanya oleh kepentingan politik yang sempit, ada kategori asli dan pendatang, maka hal ini dipandang sebagai langkah mundur yang sangat besar. Gereja Katolik tidak akan pernah tunduk pada kategori ini.

Namun, kita mengingatkan rakyat dengan sungguh bahwa keputusan politik hari ini akan menentukan seperti apa daerah ini ke depan. Pemekaran wilayah, misalnya, adalah keputusan politik penting dan vital, yang amat menentukan masa depan kita bersama.

*Flores Pos / Bentara/ 26 Oktober 2007

Tidak ada komentar: