27 September 2007

Pers, Bertolaklah Lebih Dalam

Oleh: FRANS OBON

Hari ini, 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers nasional. Adalah sesuatu yang seharusnya, kalau momen ini dipakai untuk merefleksikan jati diri diri insan pers. Sekaligus menjadi momen “membuka pintu” bagi masukan-masukan dari para pembaca dan masyarakat luas terhadap cara kerja jurnalis demi perbaikan mutu jurnalisme.

Mengapa mutu jurnalisme itu begitu penting?

Pertama, hingga sekarang ini pers masih tetap dipandang sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Informasi itu bermutu atau tidak, tergantung pada cara kerja para jurnalis mulai dari reporter, editor, redaktur pelaksana, hingga pemimpin redaksi. Penciptaan informasi bermutu tergantung juga pada seberapa jauh mereka memiliki dan memegang teguh standar-standar jurnalsime yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, sikap fair, berimbang. Jika informasi yang disajikan makin bermutu, maka akan makin bermutu pula masyarakat pembacanya. Karena informasi yang bermutu itu akan membantu masyarakat dalam membuat keputusan-keputusan konkret. Di sini amatlah penting pers terus menerus didorong untuk menciptakan wacana intelektual yang bermutu bagi masyarakatnya.

Kedua, pers dalam proses kerjanya seringkali mendayung di antara karang. Reporter yang bergerak di lapangan dengan naluri ingin tahunya terus menerus mengejar informasi sedetail dan sedekat mungkin. Sedangkan editor dengan kecakapan mereka mengemas berita sehingga berita yang tersajikan bermutu. Dengan kata lain, tangan editor akan menentukan berita itu enak dibaca, bermutu, atau tidak. Redaktur pelaksana membantu reporter menghasilkan laporan yang berkualitas dan pemimpin redaksi menentukan arah kebijakan redaksi. Tetapi reporter hingga pemimpin redaksi akan mendayung di antara berbagai kepentingan yang saling bersinggungan. Kepentingan narasumber, kepentingan pemerintah, kepentingan pemilik modal, dan kepentingan pribadi mereka sendiri. Pertautan kepentingan ini jika tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan distorsi kebenaran.

Ketiga, pers harus bertolak lebih dalam. Kata-kata ini disitir dari Injil Lukas 5:4-6. “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkan jalamu untuk menangkap ikan. Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan sehingga jala mereka mulai koyak”.

Poin ketiga ini erat kaitannya dengan yang pertama bahwa pers harus bekerja lebih keras lagi, melakukan reportase tidak hanya menyentuh di bagian permukaan saja, tetapi menukik lebih dalam sehingga masyarakat benar-benar mendapatkan informasi yang bermutu.

Informasi bermutu akan diperoleh jika para jurnalis mampu mendayung di antara karang kepentingan dan di atas kepala mereka hanya ada kepentingan masyarakat luas, ada proses kerja yang benar, ruang redaksi mereka bebas dari intervensi kepentingan, dan kepekaan mereka terus diasah untuk lebih tajam.

Pers, bertolaklah lebih dalam hanyalah untuk mengingatkan bahwa informasi bermutu diperoleh dengan kerja keras dan penuh keberanian.


*Flores Pos/Bentara/Pers/9 Februari 2007

Tidak ada komentar: