24 September 2007

Nasib Petani Jambu Mete

Oleh: FRANS OBON

Sebanyak 50 hektare jambu mete di Desa Maubasa, Kecamatan Ndori Kabupaten Ende terancam gagal panen akibat hujan turun pada saat mete lagi berbunga. Kasus yang sama terjadi di beberapa desa tetangga.

Sesungguhnya hal serupa terjadi hampir di seluruh Flores. Di Manggarai juga sama. Masyarakat di Kecamatan Cibal di bagian utara juga mengalami nasib serupa. Jambu mete hampir pasti mengalami gagal panen.

Ini menunjukkan bahwa nasib petani kita dalam enam bulan ke depan amat rentan dengan kelaparan. Karena mereka tidak memiliki lagi dana untuk membiayai kebutuhan setiap hari. Hal ini mengakibatkan para petani rawan daya belinya. Jika hal ini dibarengi dengan gagal panen untuk komoditas lainnya, maka menghadapi musim tanam tahun ini para petani akan mengalami rawan daya beli. Ibarat lingkaran setan, nasib petani akan terus tertimpa tangga kemiskinan.

Bukan itu saja. Pendapatan pemerintah dari sektor jambu mete juga akan menurun. Kontribusi jambu mete dan kakao terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006 sebesar Rp377,15 miliar. Diperkirakan ke depan kontribusi kedua komoditas ini akan terus merangkak naik. Hal ini terjadi karena harga kedua komoditas ini di pasar internasional relatif stabil dibandingkan komoditas lainnya. Apalagi kedua komoditas ini memiliki produk derifatifnya cukup banyak, sehingga permintaan pasar tidak akan pernah berhenti.

Amat menggembirakan kita bahwa pada tahun 2006 produksi jambu mete kita sebesar 33. 161 ton. Berarti terjadi peningkatan produksi dari tahun sebelumnya sebesar 32.152 ton. Sedangkan komoditas kakao pada tahun yang sama 14.305 ton dibanding tahun sebelumnya 14.970 ton. Luas lahan jambu mete pun, NTT menyumbang 20 persen atau sekitar 112.162 hektare dari total areal 581.641 hektare.

Dari sini saja, kita bisa melihat bahwa kedua komoditas ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan pendapatan petani. Keuntungan tentu saja tidak bagi petani semata, namun pemerintah juga mendapatkan uang bagi kas daerah melalui retribusi dan pajak.

Dalam konteks Nusa Tenggara Timur, Flores dan Lembata komoditas mete memberikan kontribusi yang cukup besar. Karena di Flores dan Lembata terdapat sentra-sentra produksi jambu mete yang berkualitas, seperti di Ngada dan Flores Timur. Termasuk di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat. Beberapa sentra jambu mete di Flores telah mengantongi sertifikat mete organik (IMO), dan sertifikat ini dapat dijadikan semacam “tiket” bahwa produksi mete kita dapat bersaing di pasar internasional dan memenuhi standar mutu yang dituntut konsumen di tingkat internasional.

Yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana pemerintah mengantisipasi keadaan ini. Jambu mete yang gagal berbuah itu akan menurunkan produksi mete dan berakibat pula pada menurunnya pendapatan petani. Ke depan adalah bagaimana mengantisipasi situasi ini sehingga tidak terjadi rawan pangan dan daya beli masyarakat menurun.

Tidak ada komentar: