27 April 2010

Manajemen Air Kita Buruk

Masalah kekurangan air selalu muncul. Hal ini timbul bukan saja pertama-tama karena kurangnya debit dan sumber mata air tapi juga terutama disebabkan salah urus oleh perusahaan daerah air minum. Mengapa masalah yang sama tidak pernah tuntas dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya?

Oleh Frans Obon

KITA tidak saja kekurangan air, tetapi manajemen penggunaan air kita buruk. Fasilitas-fasilitas dasar untuk pelayanan air bagi publik tidak memadai. Bukan hanya itu, manajemennya juga buruk. Maka tidaklah mengherankan jika di seluruh Flores kita jumpai keluhan yang hampir sama, yakni pelayanan perusahaan daerah air minum dikeluhkan dan diprotes.

Manajemen yang buruk itulah yang diprotes puluhan orang dari Pagal, ibukota Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai. Warga mengatakan, ongkos yang mereka keluarkan tiap bulannya tidak sebanding dengan pelayanan pihak perusahaan daerah tersebut (Flores Pos, 23 April 2010).


Keluhannya berupa penghitungan meteran air yang tidak cermat, yang mengakibatkan pemakaian sedikit tapi angka pembayarannya tinggi. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu petugas. Kualitas airnya juga buruk: berlumpur dan cacing. Air sering macet.

Keluhan-keluhan demikian adalah juga keluhan umum di Flores. Sudah bertahun-tahun hal-hal tersebut terjadi, tetapi perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah selalu tidak maksimal. Padahal tuntutan-tuntutan itu tidak berlebihan. Itu adalah tuntutan minimal yang sudah menjadi kewajiban perusahaan pemerintah tersebut dalam melayani kepentingan umum. Pengaturan yang bisa memenuhi rasa keadilan semua pelanggan, kualitas air yang baik, pembaruan fasilitas air, dan hal-hal lainnya.

Di negara-negara maju masalah air sangat krusial. Petugas akan memberikan teguran-teguran keras bahkan sanksi hukum kepada pelanggan yang melakukan kecurangan dalam pemakaian air, memberi teguran kepada pelanggan yang memakai air terlalu banyak dalam sebulan melebihi ketentuan pemerintah. Dana yang besar digelontorkan untuk memperbaiki fasilitas air dan teknologi yang menjamin kualitas air.

Mengapa hal ini mereka lakukan? Karena air sebagai kebutuhan dasar harus tersedia bagi semua orang. Kualitas air yang baik mencerminkan juga kualitas pelayanan pemerintah. Air yang kotor berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Karena itulah kebutuhan-kebutuhan dasar dan fasilitas-fasilitas dasar yang menunjang pelayanan publik yang berkualitas diusahakan. Diperbaiki dari hari ke hari.

Sementara di daerah kita, sebagaimana negara berkembang umumnya, fasilitas-fasilitas kebutuhan dasar buruk. Pelayanan buruk. Namun kita tidak merasa itu sebagai suatu masalah serius. Protes dan keluhan terhadap pelayanan dan pendistribusian air yang sering kita dengar sebenarnya adalah sebuah tuntutan wajar dari masyarakat. Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan yang radikal dan menciptakan strategi-strategi baru yang mampu memperbaiki kualitas pelayanannya.

Mungkin sebuah kebetulan bahwa protes itu bertepatan dengan Hari Bumi dan Air, yang jatuh tanggal 22 April. Namun protes yang dilakukan pada Bumi dan Air ini hendaknya dilihat sebagai blessing in disguised untuk mengubah cara pandang kita. Untuk mengatur dengan lebih baik lagi manajemen air kita baik ketersediaannya maupun distribusinya. Dua elemen dasar ini mesti disatukan-padukan dalam pelaksanaannya. Mesti ada kebijakan yang menunjang ketersediaan air. Mata air yang sudah ada dipelihara dan dijaga. Air yang telah tersedia itu distribusikan bagi kepentingan masyarakat luas dengan kualitas pelayanan yang bagus.

Bentara edisi, 24 April 2010

Tidak ada komentar: