Tujuh paket calon bupati dan wakil bupati Ende mempresentasikan visi, misi, dan program dan disiarkan langsung RRI. Departemen Agama pertemukan mereka.
Oleh FRANS OBON
Tujuh pasang calon bupati dan wakil bupati bergambar bersama usai kegiatan.
DEPARTEMEN Agama Kabupaten Ende membawa tujuh paket calon bupati dan wakil bupati ke aula pertemuan di Biara Bruder Santo Konradus (BBK), 22 September 2008. Tujuh paket itu adalah pasangan Petrus Lengo-Paulus Pase (Lengo-Pase), Wilhelmus Wolo-Albert Magnus Bhoka (Wolobhoka), Siprianus Reda Lio-Titus Matias Tibo (Setia), Don Bosco Wangge-Achmad Mochdar (Doa), Marsel YW Petu-Stefanus Tani Temu (Petani), dan Yucundianus Lepa-Nur Aini Rodja (Dian), minus Silvester Djuma-Djafar Abdullah (Mawar).
Sudah lama Departemen Agama merancang kegiatan mempertemukan para calon bupati dan wakil bupati yang akan bertarung dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), 13 Oktober mendatang dalam satu pertemuan. Berbagai persiapan telah dilakukan sejak awal tahun ini. Mereka mendiskusikan rencana ini dengan berbagai pihak, terutama dengan tokoh-tokoh dari berbagai agama yang terhimpun di dalam Forum Komunikasi Umat Beragama. Saya mendengar dari Ketua Panitia Yosef Nganggo, Vikaris Episkopus (Vikep) Ende Romo Ambros Nanga Pr dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdul Wahab Daud ikut berperan memberikan masukan-masukan penting untuk mempersiapkan acara ini.
Bisa dimengerti alasan acara ini disiapkan jauh-jauh hari. Menghadirkan para calon bupati dan wakil bupati di dalam satu forum bukan tanpa risiko. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah pertarungan kepentingan dari kelompok-kelompok kepentingan di dalam masyarakat. Keberagaman ini bisa menimbulkan “masalah” di dalam arena kegiatan jika tidak diperhitungkan masak-masak. Karena peserta yang hadir bukan datang dengan kepala kosong dan hati yang lapang sepenuhnya. Mereka bertaut dengan pilihan mereka. Ada emosi di sana.
Agar pertemuan ini tidak dibelokkan jadi ajang saling melukai baik yang muncul dari peserta maupun dari pasangan paket calon maka serangkaian pertemuan digelar untuk membahas teknis pelaksanaan. Penanggap yang mengkritisi visi, misi, dan program paket diambil dari orang-orang akademisi yang kompeten di bidangnya dan tokoh-tokoh yang dianggap bisa mengambil jarak dari kepentingan Pilkada.
Disepakatilah empat penanggap, Pater Paulus Budi Kleden SVD dan Pater Hubert Thomas, SVD dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Basirun Samlawi dari Kantor Pengadilan Agama Islam Kabupaten Ende dan Pendeta Soleman A Uli Loni dari Gereja Syalom Ende. Moderator Romo Fransiskus Deidhae Pr (Direktur Balitbang Pusat Pastoral Keuskupan Agung Ende dan Frans Obon (Redaktur Pelaksana Harian Flores Pos).
Teknis pelaksanaan pertemuan hanyalah sekuku hitam dari segunung kecemasan. Kecemasan yang paling mendasar adalah pada Pilkada perdana ini tidak boleh terjadi kekerasan. Departemen Agama punya komitmen agar pluralisme dan keberagaman agama tidak dimanipulasi oleh kepentingan politik sesaat yang memicu kekerasan politik. Karena kekerasan politik, bagaimanapun, akan merusak bangunan demokrasi di tingkat lokal yang lagi dibangun.
“Sentimen agama masih relatif kuat dan merupakan isu paling seksi dan paling mudah dieksploitir untuk tujuan-tujuan politik. Selama Pilkada kemungkinan menyalahgunakan agama untuk tujuan dan kepentingan politik amat berpeluang sehingga dikhawatirkan akan merusak atau mendistorsi proses demokratisasi dan memicu konflik yang lebih luas,” kata Yosef Nganggo pada acara pembukaan.
Pilkada langsung ini, kata dia, merupakan hal baru bagi masyarakat dan mesti dijadikan pembelajaran oleh masyarakat untuk semakin dewasa dalam berdemokrasi dan berbeda pendapat. Besar kemungkinan bahwa kegiatan politik yang berlangsung dalam konteks kehidupan yang beragam akan menimbulkan konflik. Keberagaman ini mesti ditransformasikan menjadi sesuatu yang produktif bagi pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di tingkat lokal.
Pertemuan yang dihadiri sekitar tiga ratusan orang ini tidak saja merupakan ruang berdemokrasi bagi pasangan calon agar bersaing secara sehat, tetapi lebih sebagai proses pendidikan politik rakyat. Dalam ruang demokrasi itu, pasangan calon menyampaikan visi dan misi mereka kepada publik baik kepada peserta yang hadir maupun kepada masyarakat luas melalui siaran langsung Radio Republik Indonesia (RRI). Di situlah masyarakat diberi kesempatan untuk mendapatkan sebuah referensi bagi pilihannya.
“Sebagai warga masyarakat beragama, dalam suasana persaudaraan, hendaklah mencermati program-program pasangan calon dengan hati nurani yang tulus, berani menentukan pilihan politik yang dapat membawa perubahan bagi masyarakat Ende,” kata Nganggo.
Pilkada perdana ini, kata Kepala Departemen Agama Kabupaten Ende, Agustinus Tungga Gempa, merupakan satu momentum penting. Indonesia merayakan satu abad kebangkitan nasional, sepuluh tahun reformasi politik Indonesia (sejak turunnya Soeharto dari tampuk kekuasaan Mei 1998), dan 50 tahun usia Kabupaten Ende.
Pilkada sebagai instrumen demokrasi, katanya, adalah sarana yang mesti digunakan untuk menghasilkan figur pemimpin yang demokratis, peduli dengan kepentingan masyarakat, dan mampu memberikan transformasi politik yang dapat menjamin kesejahteraan.
Keberagaman masyarakat dan kepentingan, menurut dia, tidak boleh dirusakkan oleh Pilkada. “Pertemuan dengan para paket dalam kegiatan ini adalah usaha membangun demokrasi dan komitmen bersama untuk membangun Kabupaten Ende menuju kesejahteraan bersama”.
AULA Biara Bruder Santo Konradus, gedung milik Kongregasi Serikat Sabda Allah, sebuah Ordo Katolik yang cukup berpengaruh di Flores dan Nusa Tenggara umumnya, sudah mulai penuh sejak pagi. Karena dalam jadwal acara akan dimulai pukul 8.00.
Berita media menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ende akan mengundi nomor urut paket calon tanggal, 23 September. Karena saat penetapan tujuh paket calon hasil akhir dari verifikasi KPU, 17 September, masih ada protes, maka KPU mengubahkan kembali jadwalnya.
Di luar dugaan panitia, KPU menarik undian nomor urut paket calon, 22 September, bertepatan dengan acara tersebut. Panitia terpaksa pontang-panting mengubah seluruh jadwalnya dan segala persiapannya. Acara sudah pasti molor. Panitia dan moderator terpaksa mengatur kembali lalulintas acara dan alokasi waktu yang akan diberikan kepada para paket calon dan para penanggap. Sementara peserta tetap sabar karena justru undian nomor urut ini pula yang lagi dinanti-nantikan masyarakat.
Hasil undian sudah diumumkan dan nomor urut calon diketahui publik. Panitia mengubah posisi duduk pasangan calon di meja yang akan ditempati para calon sewaktu menyampaikan visi dan misi serta program mereka sesuai dengan nomor urut.
Nomor urutan satu pasangan Lengo-Pase, urutan dua Mawar, urutan ketiga Wolobhoka, urutan keempat Setia, urutan kelima Doa, urutan keenam Petani, dan urutan ketujuh Dian.
Para paket calon datang. Menempati kursi yang telah disiapkan panitia yang di belakangnya ditempelkan kertas bertuliskan nama pasangan calon. Acara pembukaan dimulai. Lama juga acaranya. Lalu, makan siang. Karena sudah diubah seluruhnya, maka makan siang makan waktu cukup lama.
Setelah pengantar singkat yang begitu bagus dari moderator Romo Fransiskus X Deidhae, yang akrab disapa Romo Feri Deidhae, saya mengatur lalulintas pemaparan visi, misi, dan program para paket. Saya membacakan dan menyampaikan aturan mainnya. Tiap paket diberi waktu 10-13 menit untuk paparkan materi mereka. Karena hanya enam paket yang hadir, maka alokasi waktu yang diberikan kepada paket seluruhnya satu setengah jam.
Semula setiap paket direncanakan akan diberi waktu 20-25 menit. Itu berarti waktu presentasi para paket dua jam lebih. Dua jam berikutnya dipakai oleh paket untuk menanggapi masukan, kritikan, dan pertanyaan dari empat penanggap. Satu jam berikutnya diberikan kepada peserta untuk menyampaikan usul dan saran mereka dengan mempertimbangkan representasi kelompok usia, gender, dan utusan. Namun semuanya diubah dan dimepetkan lagi.
Sebenarnya blessing in disguise juga. Dari situ kita bisa melihat ketangkasan para paket untuk menggunakan waktu yang sedemikian singkat tersebut menyampaikan gagasan-gagasan pokok mereka untuk membangun Ende ke depan. Ketangkasan, kecermatan, kecepatan, dan ketepatan untuk menjawab masalah.
Dalam praktiknya nanti, masalah akan datang silih berganti ke meja bupati dan wakil bupati. Dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam tekanan waktu. Kecepatan, ketangkasan, dan kecermatan menilai masalah akan dapat membantu ditemukannya solusi yang tepat.
Karena keterbatasan waktu, pemaparan visi, misi dan program pasangan calon hanya menyebutkan secara garis besar saja. Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, saya juga menggunakan dokumen pasangan calon yang telah diserahkan ke panitia sebelum pertemuan. Ada pasangan yang tidak sempat menyerahkan dokumen visi-misinya, tapi ditayangkan pada pertemuan.
Visi, Misi, dan Program
Sesuai dengan nomor urut, saya persilakan pasangan Lengo-Pase menendang bola pemaparan pertama.
Visi pasangan ini adalah “Terwujudnya pembangunan masyarakat Kabupaten Ende yang merata, berbudaya, mandiri, maju dan sejahtera”. Keduanya mengakui bahwa konsep dasar pembangunan yang mereka rancang didasarkan pada hasil kunjungan dan pengamatan mereka ke desa-desa. Konsep dasarnya adalah mengedepankan peran serta masyarakat sehingga masyarakat tahu manfaat dari kegiatan yang mereka lakukan. Seluruh konsep pembangunan didasarkan pada nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat. Nilai inti dari itu adalah ketahanan yakni pemenuhan kebutuhan dasar dan pokok manusia; harga diri yakni pembangunan harus memanusiakan manusia; dan kebebasan yakni pembangunan mengharuskan setiap individu berpikir, berkembang, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Arah program kerja keduanya meliputi peningkatan dan pengembangan infrastruktur untuk mendukung peningkatan ekonomi rakyat seperti membuka jalur transportasi dan komunikasi, mengembangkan sarana dan prasarana produksi sektor unggulan, meningkatkan ekonomi rakyat dengan pemenuhan kebutuhan dasar, dan arah kebijakan yang sesuai denan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kedua, sektor pendidikan seperti membangun politik pendidikan yang sesuai dengan perkembangan lokal-global, sistem dan metode pengajaran yang menekankan kemampuan anak didik, meningkatkan kesejahteraan aktor pendidikan, dan meningkatkan sarana pendidikan.
Ketiga, kesehatan seperti menurunkan kematian ibu hamil dan balita, meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, sistem pelayanan dan kualitas kesehatan.
Keempat, politik meliputi peningkatan partisipasi masyarakat dan membuka ruang-ruang dialog.
Kelima, kebudayaan meliputi membuka ruang dialog antariman dan antar-etnik.
Keenam, pemeritahan meliputi peningkatan pelayanan publik, meningkatkan kapasitas aparat, dan meningkatkan sinergitas antar instansi, dan kerja sama regional, nasional, dan internasional.
Karena waktunya terlalu singkat, Paket Wilhelmus Wolo-Albert Magnus Bhoka (Wolobhoka) membacakan secara detail pengantar dalam visi, misi, dan programnya. Sebab menurut Mus Wollo, pada bagian pengantar itulah terkandung visi dan misi dasar mereka untuk membangun Ende.
Mus Wolo yang membacakannya mengatakan, Kabupaten Ende memerlukan figur pemimpin yang berkarakter kuat, mampu, berintegritas, kapabilitas, dan loyalitas yang tinggi, memiliki intelektualitas yang tinggi dan moralitas yang baik dengan mengedepankan prinsip kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Dia menekankan paradigma pemerintahan modern seperti pemerintahan yang baik (good governance), yang menuntut keterlibatan yang penuh seluruh masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Menurut keduanya, kebijakan pembangunan Kabupaten Ende ke depan harus lebih mengarah dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Paket ini menekankan pentingnya memberdayakan masyarakat dalam proses pembangunan. Berulangkali baik dalam pemaparan maupun dalam dialog, Mus Wolo mengatakan tema pokok pembangunan Ende lima tahun ke depan adalah “Dari membangun daerah menuju daerah membangun” atau “Dari membangun masyarakat menuju masyarakat membangun”.
Program-program yang mereka akan buat adalah pertama, pengembangan pertanian meliputi sektor pertanian tanaman pangan, sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, kehutanan; kedua, peningkatan dan pengembangan pendidikan meliputi peningkatan mutu dan jumlah guru, perluasan pendidikan menengah dan kejuruan, kesempatan pendidikan, peningkatan pengawasan, dan penyempurnaan kurikulum; ketiga, peningkatan dan pengembangan kesehatan; keempat pengembangan koperasi; kelima, pengawasan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Paket ini mencanangkan lima tekad: pertama, menegakkan disiplin PNS; kedua, meningkatkan porsi anggaran publik; ketiga, pembarantasan KKN; keempat, mengoptimalkan fungsi pelabuhan Ipi dan Ende; kelima, melanjutkan pembukaan dan penataan jalur selatan dan untuk menembus wilayah-wilayah terpencil.
Pasangan Siprianus Reda Lio-Titus Matias Tibo punya visi “Terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Kabupaten Ende”. Strategi pembangunan dari pasangan ini adalah pemenuhan kebutuhan dasar, pendidikan luar sekolah, dan pola konsumsi masyarakat yang punya standar gizi, motivasi sumber daya manusia untuk memanfaatkan peluang, dan menyadarkan masyarakat mengenai manfaat swadaya dan gotong royong.
Program prioritas adalah pendidikan rakyat, kesehatan rakyat, ekonomi rakyat, dan ketenagakerjaan.
Pendidikan rakyat mencakup program wajib belajar dan latihan keterampilan, kerja sama dengan lembaga latihan swasta, fasilitasi pemagangan dan studi banding, dan peningkatan mutu instruktur. Di bidang kesehatan mencakup peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, memberantas penyakit menular, pelayanan kesehatan gratis secara proporsional terutama bagi penduduk miskin, dan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Di bidang ekonomi akan ditingkatkan ketahanan pangan dengan konsentrasi pangan lokal, pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan, meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, pemberdayaan UKM dan koperasi, dan kembangkan ekspor dan perdagangan ke luar daerah, pelayanan sistem satu atap, dan infrastruktur sebagai penunjang ekonomi. Bidang ketenagakerjaan meliputi mendorong terciptanya alternatif lapangan kerja di sektor pertanian, memberi peralatan kerja dan penguatan modal, kerja sama dengan lembaga keuangan dan lembaga pengerahan tenaga kerja, dan meningkatkan kenyamanan kerja di sektor usaha dan sektor informal.
Program ini dirancang setelah melihat gambaran dan kondisi umum Kabupaten Ende. Dari luas wilayah Kabupaten Ende 2.046,60 Km2, yang digunakan untuk pemukiman seluas 23.790 ha, dan pertanian tanaman pangan 51.682 ha, terdiri dari lahan basah 6.798 ha, dan lahan kering 44.884 ha. Lahan basah yang telah diolah 4.842 ha dan belum diolah 1.956 ha. Lahan kering yang sudah diolah 21.609 ha dan belum diolah 23.275 ha.
Dari 253.407 jiwa jumlah penduduk Kabupaten Ende dengan kepadatan 124 jiwa/Km2, jumlah kepala keluarga miskin 14.718 KK dan kepala keluarga miskin sekali 25.419 KK. Dari angkatan kerja 135.313 orang, telah bekerja 129.610 dan pencari kerja 5.703 orang dan bukan angkatan kerja 50.144 orang. Sektor primer menyerap 92.345 orang tenaga kerja, sektor sekunder 21.560 orang, dan tersier 15.705 orang.
Di bidang pendidikan, angka buta huruf 18.131 orang, tidak/belum pernah sekolah 12.717 orang, tidak/belum tamat SD/MI 78.973 orang, tamat SD/MI 20.088 orang, tamat SLTP/MTs 9.712 orang, tamat SMU/MA 6.580 orang, tamat SMK 8.060 orang, tamat diploma I/II 506 orang, tamat diploma III/Sarjana Muda 1.296 orang, tamat Diploma IV/Sarjana 1.178 orang. Tidak bersekolah lagi 34.086 orang dan angka partisipasi sekolah 82,68 persen.
Kabupaten ini punya potensi ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto 2006 dengan harga berlaku sebesar Rp444.896.354 atas harga konstan Rp205.926.629. Kontribusi sektor primer 36,27 persen, sektor sekunder 23,5 persen, tersier 9 persen, tingkat pertumbuhan ekonomi 4,59 persen, dan pendapatan per kapita Rp1.845.596 per bulan per orang.
Pasangan Don Bosco Wangge-Achmad Mochdar (Doa) punya visi “Mewujudkan masyarakat Ende-Lio Pawe Sare melalui akselerasi pembangunan partisipatif yang berbasiskan ilmu, iman, sehat dan budaya”. Pasangan ini punya 14 bidang pokok kebijakan pembangunan.
Pendidikan. Arah kebijakannya adalah perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bermutu, meningkatkan partisipasi masyarakat dan keluarga, optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana, dan pengembangan kualifikasi tenaga pendidikan. Program kerjanya adalah peningkatan wajib belajar sembilan tahun dan pemberantasan buta huruf, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesejahteraan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, persediaan dan kualitas guru, pemerataan dan relevansi pendidikan, dan program pengembangan kelembagaan.
Kesehatan. Sasarannya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Program kerjanya adalah peningkatan aksesibilitas, pemerataan, keterjangkuan, dan kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan sehat, pelayanan RSUD yang bermutu.
Bidang sosial-ekonomi, dengan program kerja pengembangan iklim usaha yang kondusif, pengembangan usaha pariwisata, pembangunan infrastruktur, peningkatan promosi dan perijinan satu pintu, pengembangan koperasi, pengembangan industri, dan pengembangan dan peningkatan sumber pendapatan daerah.
Bidang pemerintahan. Sasarannya terciptanya pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab. Program kerjanya adalah mengembangkan sistem pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, meningkatkan kualitas pelayanan publik, pengelolaan keuangan daerah yang baik, transparan, dan bertanggung jawab.
Bidang hukum. Program kerjanya menegakkan supremasi hukum, peningkatan kesadaran hukum dan mewujudkan keharmonisan dalam masyarakat sehingga merasa aman, tertib, dan serta makin tebal rasa kebangsaannya.
Bidang usaha daerah yakni mengembangkan usaha-usaha daerah, penguatan usaha daerah.
Lingkungan hidup dan kehutanan meliputi program konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam, pengendalian dan pengawasan peredaran hasil hutan, pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat, pemberdayaan institusi kelompok masyarakat tepi hutan, dan pengelolaan kebersihan lingkungan.
Tata ruang yakni pengembangan dan penataan ruang daerah dengan mengevaluasi kembali rencana tata urang kota (RUTRK/RDTRK, RUTRW/K dan pengendalian ijin.
Ketenagaan meliputi peningkatan kualitas tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja.
Bidang budaya meliputi pelestarian, pembinaan, dan pengembangan seni budaya daerah dan meningkatkan kerja sama pemerintah daerah dan para fungsionaris adat.
Bidang gender meliputi peningkatan profesionalisme sumber daya perempuan, advokasi terhadap perempuan.
Di bidang pertanian, sasaran yang mau dicapai adalah menguatnya sistem ketahanan pangan dan agrobisnis. Arah kebijakannya adalah optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan diversifikasi komoditas unggulan, peningkatan mutu, serta pendayagunaan teknologi produksi dan pasca panen. Populasi dan keberagaman ternak ditingkatkan dalam kerangka penguatan ketahanan ekonomi pedesaan.
Paket Petani (pasangan Marsel YW Petu-Stefanus Tani Temu) punya tiga prgoram utama dan satu program penunjang. Visi mereka adalah tercapainya masyarakat Kabupaten Ende yang berkompetensi. Paket ini mengambil filosofi dari danau triwarna Kelimutu sebagai inspirasi dasar program utama mereka. Ada tiga program utama yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Pendekatan pembangunannya menggunakan model segitiga yakni stakeholders (masyarakat), pemerintah (eksekutif) dan DPRD (legislatif). Keterlibatan tiga komponen itu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Model segitiga ini juga dipakai dalam kemitraan antara tiga lembaga yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Model yang sama juga dipakai pada hubungan pemerintah, tokoh agama, dan mosalaki. Bahkan dalam sesi dialog Marsel Petu mengatakan, pasangan ini akan secara teratur menggelar pertemuan dengan tokoh agama dan mosalaki untuk mendengar aspirasi mereka dalam membangun Ende ke depan.
Pendidikan. Pasangan ini bertekad mencerdaskan masyarakat dan memperkuat lembaga pendidikan, meningkatkan kualitas proses pendidikan yang berimbas pada tingginya mutu pendidikan, dan terciptanya iklim pendidikan yang kompetitif dan meningkatkan kerja sama antara lembaga pendidikan serta kesejahteraan tenaga pendidik melalui prioritas anggaran dan pemerataan pengalokasian biaya untuk lembaga-lembaga pendidikan.
Kesehatan. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan membangun kerja sama dengan lembaga kesehatan swasta dan menyediakan sarana dan prasarana kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kualitas kesehatan lingkungan dan prioritas anggaran untuk pelayanan kesehatan.
Ekonomi. Melakukan penataan ruang wilayah kecamatan, menciptakan iklim pengembangan keunggulan bersaing secara berkelanjutan dan meningkatkan peran dan fungsi masyarakat serta lembaga keuangan dalam memperkuat struktur ekonomi.
Tiga program utama ini ditopang oleh program penunjang yakni sarana dan prasana yang akan ditata kembali, ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Faktor penting lainnya adalah keamanan dan ketertiban dengan menciptakan pemerintahan yang bersih, berkualitas, aman dan tertib serta menegakkan hukum, HAM, gender, dan kerja sama antarlembaga agama, lembaga adat, dan NGO.
Paket Dian, pasangan terakhir yang paparkan visi, misi, dan programnya. Visi paket ini “Terciptanya masyarakat Kabupaten Ende yang setara, dinamis, bermartabat, sejahtera, adil dan makmur”.
Ada delapan program prioritas: memenuhi kebutuhan dasar dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan dan air bersih; memberdayakan ekonomi lokal dan mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat dan kondusif untuk menarik investor; memberdayakan perempuan dan perlindungan anak; memberantas korupsi, KKN tanpa pandang bulu; mentransformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme aparatur, dan pemerintahan yang baik; meningkatkan daya dukung infrastruktur untuk percepat pertumbuhan ekonomi; meningkat daya dukung lingkungan demi terciptanya kesejahteraan rakyat; dan mendorong pengembangan pariwisata.
Paket ini menempatkan pendidikan sebagai prioritas pertama dengan program meningkatkan mutu guru, fasilitas pendidikan, beasiswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi, kembangkan sekolah unggulan, dan mendirikan sekolah kejuruan sesuai kebutuhan lokal.
Di bidang kesehatan, paket ini mau membebaskan biaya kesehatan bagi masyarakat miskin, mengembangkan RSUD Ende jadi Tipe A, meningkatkan pelayanan bidan desa, mengefektifkan program pelayanan kesehatan.
Bidang ketahanan pangan. Paket ini akan membuat sistem peringatan dini kerawanan pangan, bangun lumbung pangan di daerah rawan pangan, diversifikasi pangan, dan konservasi benih-benih unggul lokal.
Program air bersih. Keduanya akan membangun waduk penampung air bersih dan mengembangkan teknologi penyulingan air laut dan reboisasi di sumber mata air.
Pertanian dan perkebunan. Keduanya akan membuat peta komoditas, pengembangan komoditas unggulan berorientasi pasar, teknologi pasca panen, industri pengolahan, manfaatkan lahan tidur, membuka akses pemasaran komoditas rakyat.
Penguatan lembaga adat. Kerja sama umat beragama, meningkatkan kerja sama antara lembaga pemerintah dan lembaga agama.
Di bidang pemerintahan, keduanya akan menyusun struktur pemerintah yang lebih efektif, meningkatkan kualitas aparatur, menerapkan sistem penilaian kerja, perencanaan sumber daya manusia berbasis kompetensi, pelayanan publik yang responsif, transparan, dan akuntabel, APBD yang pro-rakyat, menyebarluaskan informasi pembangunan melalui media dan membuat pos pengaduan program pembangunan sampai tingkat desa.
Pertajam
Kini giliran empat penanggap. Pater Paul Budi Kleden menyoroti bidang sosial politik. Pater Hubert Thomas membahas bidang sosial ekonomi dan lingkungan hidup. Pdt Soleman A Uli Loni menyoroti bidang kesehatan dan pendidikan, dan Basirun Samlawi dari aspek agama, budaya, pluralisme dan gender.
Karena waktunya mepet, terpaksa kepada penanggap diminta menyampaikan dua pertanyaan saja setelah menjelaskan secukupnya. Tidak boleh lebih dari dua pertanyaan. Sedangkan kepada setiap paket, hanya diberi waktu 5 menit untuk menjawab pertanyaan penanggap. Dalam tempo lima menit itu, calon bupati dan wakil bupati bisa menjawab bergantian atau saling melengkapi. Agar waktu tidak boros, moderator tidak mengulangi pertanyaan dari penanggap. Moderator hanya mempersilakan tiap pasangan menjawabnya dan memberitahukan kepada pasangan calon kalau waktu yang diberikan telah habis. Sehingga total waktu yang dipakai untuk dialog seluruhnya sekitar 2,5 jam. Waktu ini mepet karena dalam jadwal masih harus diberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan anjuran dan saran kepada pasangan calon. Setelah itu masih ada acara penutup.
Dalam pertemuan teknis di kantor Departemen Agama, Minggu malam waktu disediakan cukup banyak bagi penanggap. Tujuannya agar kritikan, titik pandang dan pertanyaan penanggap dapat dijadikan “batu asah” yang akan mempertajam visi, misi, dan program pasangan calon. Namun dalam waktu yang mepet itu, rasanya cukup sulit dilakukan.
Saya persilakan Pater Hubert Thomas untuk menyampaikan pertanyaan, pandangan, dan analisisnya. Pater Hubert adalah seorang sosiolog. Analisisnya tajam dengan mengacu pada data-data. Dia sengaja ditunjuk untuk “mengganggu” pikiran para calon.
Karena masih ada kesulitan untuk menayangkan analisisnya, maka saya persilakan Pendeta Soleman A Uli Loni menyampaikan pendapatnya. Pendeta Soleman yang baru beberapa bulan bertugas di Ende menyoroti masalah pendidikan. Dia bertanya mengenai persentase kelulusan di Ende dan mengenai anggaran pendidikan 20 persen seperti digariskan undang-undang. Dia sebenarnya masih mau bertanya mengenai masalah kesehatan, tapi karena sudah ada komitmen untuk hanya mengajukan dua pertanyaan, maka tidak bisa lagi ajukan pertanyaan mengenai bidang kesehatan.
Semua paket baik dalam jawaban mereka maupun dalam visi, misi, dan program mereka rata-rata melihat sumber daya manusia sebagai faktor penting di dalam pembangunan. Karenanya mereka menempatkan pendidikan sebagai salah satu program prioritas mereka. Mengenai anggaran, hampir semua mengatakan bahwa jika mereka diberi kesempatan, mereka akan memperbesar anggaran publik dibandingkan anggaran untuk aparatur.
Don Bosco Wangge dari Paket Doa yang pernah menjabat Kepala Dinas Pendidikan mengatakan, ada perbaikan, perubahan dan peningkatan dalam jumlah persentase kelulusan. Sedangkan anggaran pendidikan sebagaimana digariskan undang-undang masih belum diwujudkan selama ini. Marsel Petu dari Paket Petani mengatakan, anggaran pendidikan sebagaimana digariskan undang-undang sudah mencapai 20 persen dan itu tersebar di berbagai program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang secara khusus terfokus pada program pemberdayaan sumber daya manusia.
Kesempatan berikut saya berikan kepada Pater Huber Thomas. Sebelum mengajukan pertanyaan dia menayangkan hasil analisisnya mengenai gambaran umum Kabupaten Ende. Sebagai seorang sosiolog, data-data yang dia tampilkan diharapkan bisa memberi gambaran kepada pasangan calon dan peserta bahwa perlu kerja keras dan strategi yang jitu untuk mengelola kabupaten yang strategis ini.
Dia memang menyiapkan dengan sungguh-sungguh. Data-data diolah dan diperlihatkan kepada para calon dalam bentuk tabel dan grafik. Bagaimana pertanian. Bagaimana pendapatan masyarakat. Bagaimana kondisi ekonomi. Berapa jumlah orang miskin.
Karena waktunya mepet, saya terpaksa memotong agar setelah pendasarannya yang lebih singkat, Pater Hubert mengajukan pertanyaan. Saya tahu belum semua Pater Hubert presentasikan hasil olahan datanya. Tapi karena saya harus konsisten dengan waktu yang begitu singkat, maka saya minta Pater Hubert ajukan pertanyaan setelah menjelaskan kondisi riil kabupaten triwarna Kelimutu ini. Diapun mengajukan soal membangun ekonomi masyarakat, terutama membangun masyarakat yang paling sulit dijangkau.
Usai pertemuan dia memberitahu saya bahwa analisis yang dibuatnya sebenarnya bertujuan lebih sebagai pendidikan politik rakyat. Jika pasangan calon katanya fokus pada pertanian (sektor primer), maka kelihatannya sudah stagnan. Karena luas lahan yang sedikit dan tingkat kesuburan yang rendah, amat tidak mungkin dipacu lagi. Yang perlu sekarang adalah para pemimpin (calon pemimpin) perlu memikirkan konsep dan prioritas lainnya dalam membangun daerah di Flores. Belum lagi angka kemiskinan yang besar, yang jumlahnya berbeda-beda tiap instansi.
Saya persilakan Paket Dian jawab pertama. Yucun Lepa mengatakan, mereka akan fokus pada pemilihan tanaman komoditas yang disesuaikan dengan topografi tiap wilayah. Sedangkan Marsel Petu mengatakan, mereka akan menciptakan kondisi kompetitif dalam suasana kompetensi. Dia menekankan karakteristik wilayah. Stefanus Tani Temu, calon wakil bupati dari Paket Petani menjawab, mereka akan memberitahukan kepada petani untuk menanam pohon untuk mengurangi risiko. Namun ini sesungguhnya sebuah investasi. Lima belas tahun kemudian mereka memanen. Sehingga pohon-pohon yang mereka tanami ini akan membiayai hidup mereka.
Don Wangge menjawab, penting di sini pemanfaatan tata ruang. Saat dia menjabat Camat Detusoko, dia sungguh memperhatikan tata ruang, secara khusus dia memberi perhatian pada pemanfaatan lahan basah di Mautenda. Menurut dia, jika dataran Mautenda ini diolah dan dimanfaatkan optimal, maka tidak perlu kabupaten ini mendatangkan beras dari luar daerah. Di lahan yang miring, dikembangkan komoditas perdagangan. Achmad Mochdar menambahkan, “Kami telah lihat itu semua. Di sini petugas penyuluh lapangan (PPL) perlu diberdayakan”.
Siprianus Reda Lio dari Paket Setia mengatakan, ada banyak lahan tidur yang perlu diberdayakan dan dimanfaatkan. Mereka janji akan membangun kerja sama yang sinergis dengan mosalaki dalam pemanfaatan lahan-lahan yang ada. Sedangkan Titus Tibo menambahkan, perlu ada kerja sama yang sifatnya simbiosis mutualisme.
Wolobhoka juga menekankan pentingnya memperhatikan tata ruang. Karena tata ruang penting untuk perencanaan pembangunan.
Lengo-Pase menjanjikan pentingnya teknik budi daya, pengolahan pasca panen, olah hasil. Singkong, misalnya, bisa dibuat sebagai bahan etanol, kata Paul Pase. Piet Lengo mengatakan, penting membangun infrastruktur yang menunjang perekonomian masyarakat. Dia berpengalaman dalam membangun infrastruktur dalam jabatannya sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum.
Pater Paul Budi Kleden menanyakan soal pemekaran wilayah yakni isu pembentukan Provinsi Flores dan pemekaran kabupaten. Secara umum semua paket mengatakan bahwa soal pembentukan Provinsi Flores dikembalikan kepada masyarakat.
Don Bosco Wangge mengatakan, ujung tombak adalah kabupaten-kabupaten. Di kabupaten saja, sulit sekali untuk melakukan the right man on the right place (menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat). Nah, kalau Provinsi Flores itu terbentuk, berapa banyak orang lagi yang dibutuhkan. Kita butuh orang-orang Flores. Berapa banyak. Soal pemekaran kabupaten, dikembalikan ke masyarakat. Masalahnya, yang terjadi selama ini prosedurnya tidak dari bawah. Prosedurnya dimanipulasi.
Marsel Petu mengatakan, rakyat yang menentukan. Jika rakyat mau maka pemerintah tinggal fasilitasikan saja. Tapi menurut dia, susah juga masyarakat Flores bersatu. Ada primordialisme di dalam masyarakat Flores. Dalam kaitan dengan pers, paket ini mengatakan, bahwa peran mediasi informasi kepada masyarakat tidak hanya dilakukan oleh Humas pemerintah, tapi pemerintah bisa langsung dengan media sehingga masyarakat tahu apa yang dilakukan pemerintah.
Yucun Lepa mengatakan, Flores sebagai satu kesatuan wilayah. Urgensinya apakah pendekatan pembangunan? Yang dipentingkan di sini adalah pendekatan pelayanan. Flores perlu bersatu dulu untuk memikirkan provinsi. Dia memilih menguatkan lembaga-lembaga yang ada, pemekaran bukan kesempatan untuk membagi-bagi kekuasaan. Soal korupsi, paket ini mengatakan ikan busuk mulai dari kepala. “Kalau kami korup, yang lain ikut”. Mereka janjikan isu korupsi masuk ke sekolah-sekolah. Mereka juga janjikan untuk membuka pos pengaduan sehingga masyarakat bisa mengadukan aparat yang korup.
Lengo-Pase menekankan pentingnya persyaratan administrasi dan wilayah dan prosesnya harus dari masyarakat melalui DPRD. Bukan hanya soal kemampuan ekonomi, tapi aspirasi masyarakat. Soal korupsi, bupati dan wakil bupati harus bertindak tegas. Banyak orang di luar bicara korupsi, tapi informasikan ke aparat hukum.
Wolobhoka bicara soal wadah demokrasi di tingkat lokal. Mus Wolo mengatakan, mereka akan mengembangkan perencanaan yang demokratis (bottom-up planning) dengan melibatkan tokoh agama, masyarakat. Bila perlu dibentuk wadah bersama sehingga ada sinergitas dalam perencanaan pembangunan.
Sipri Reda Lio dari Paket Setia mengatakan, jika pemekaran itu meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka pembentukan Provinsi Flores itu akan menjadi komitmen mereka. Titus Tibo menegaskan, bicara Provinsi Flores itu bicara soal hak dan kewajiban. Kita berkelahi tidak ada habis-habisnya. Kita setuju dengan syarat. Soal hubungan dengan partai politik karena mereka berasal dari independen, Sipri Reda Lio mengatakan, partai politik merupakan pilar demokrasi. Mereka akan mendorong partai politik demokratis dan berkualitas. Titus menambahkan, partai politik adalah mitra dan pemerintah akan memfasilitasi partai politik.
Penanggap terakhir Basirun Samwali menjelaskan bahwa dalam tiap agama terdapat unsur transformatif. Namun sering agama disalahgunakan. Bagaimana menyelesaikan masalah-masalah politik yang bernuansa agama.
Sipri Reda Lio mengatakan, mereka akan membangun dan mendorong kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Kemajemukan itu sudah ada sejak dulu kala. Sedangkan Titus Tibo mengatakan, orang berpolitik itu harus beragama. Soalnya adalah bagaimana nilai-nilai agama ini berpengaruh pada politik. Nilai-nilai agama itu harus menjiwai cara orang berpolitik. Bahwa di dalam politik itu ada friksi, maka diperlukan sikap toleran.
Wolobhoka menjawab bahwa pemerintah perlu mengembangkan nilai-nilai spiritual. Undang-undang No. 32/2004 menekankan pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good governance). Undang-undang ini mengandaikan nilai agama itu menjiwai pelaksanaan pemerintahan. Albert Bhoka menambahkan, konflik terjadi karena ego pribadi. Ke depan kita membangun kerja sama yang lebih baik.
Lengo-Pase mengatakan, hubungan lintas agama sudah terjalin karena kawin mawin. Di sini perlu saling hormat. Paulus Pase mengatakan, agama harus jadi inspirasi pembangunan.
Yucun mengatakan, perlu ada toleransi antarumat beragama.
Marsel Petu mengatakan, mereka akan mengembangkan hubungan segi tiga (lika mboko telu) dalam perencanaan pembangunan. Hubungan sosial-kultur di Ende pun seperti hubungan kakak-beradik. Memang ada ketegangan antara agama dan politik, antara altar dan tahta. Tapi ini dibutuhkan kepandaian untuk mengelolanya.
Don Wangge mengatakan, perlu ada kerja sama yang baik. Agama harus jadi penanda dunia politik. Achmad Mochdar mengatakan, Kabupaten Ende akan jauh dari hal-hal yang kita cemaskan.
Hari makin sore. Saya dan Romo Feri sepakat hanya memberikan kesempatan kepada tiga orang peserta untuk menyampaikan harapan mereka terhadap calon. Pernyataan mereka tidak untuk ditanggapi para pasangan calon, melainkan hanya sebagai masukan.
Pada bagian akhir, pasangan calon menandatangani sebuah kesepakatan bersama terkait Pilkada Ende. Draf kesepakatan ini telah didiskusikan secara luas untuk mendapatkan masukan. Para pasangan calon juga telah membaca drafnya. Isinya adalah pasangan calon sepakat menjunjung tinggi sportivitas serta menjamin Pilkada yang jujur, adil, dan harmonis. Sepakat menghormati dan menghargai keberagaman budaya, bahasa, agama, suku sebagai potensi Kabupaten Ende. Sepakat menjaga kerukunan sebagai pilar utama pembangunan Kabupaten Ende. Sepakat membangun dialog dan kerja sama yang terbuka, jujur, dan adil dengan semua elemen masyarakat dan pimpinan agama.
Hari makin sore. Peserta masih bertahan. Seluruh acara diakhiri dengan acara penutup. Acara yang dibaptis sebagai “tatap muka” ini mencerminkan adanya kemauan dan keinginan kuat untuk membangun demokrasi di tingkat lokal. Jika ini sebuah lomba lari, kita inginkan agar pemenangnya meraih juara dengan cara elegan. Jika Pilkada adalah sebuah pertandingan sepakbola, kita berharap gol kemenangan yang diraih adalah gol yang indah: Gol indah Pilkada. Yang terjadi bukan sepakbola gajah tapi sepakbola elegan. Selamat Pilkada perdana!
Flores Pos Feature Pilkada 3-7 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar