28 September 2012

Hemat dan Menabung


Oleh FRANS OBON

BEBERAPA waktu lalu, Harian Flores Pos memuat berita tentang perbandingan persentase orang yang menabung uang di bank di sejumlah negara di Asia. Disebutkan bahwa Indonesia berada di urutan paling bawah dalam hal rendahnya menabung uang di bank. Hal itu bisa dilihat dari jumlah rekening bank. Indonesia ketinggalan dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara (Flores Pos 18 Mei 2012).

Disebutkan bahwa dari total jumlah penduduk di atas usia 15 tahun, jumlah kepemilikan rekening bank di Indonesia hanya 15,3 persen dan kredit 8,5 persen. Sementara di negara tetangga kita, Malaysia total kepemilikan rekening 66,2 persen, Thailand sekitar 72,2 persen, Singapura 98,2 persen, China 63, 8 persen, dan India35, 2 persen. 
Tarian dari Manggarai Timur
Pada edisi yang sama diberitakan bahwa dompet orang kaya di Singapura makin tebal. Namun menariknya bahwa dompet orang kaya di Singapura ini bukan diperoleh dengan cara yang tidak patut, melainkan diperoleh dari kerja keras dan bisnis yang mereka bangun dengan ketekunan yang luar biasa besarnya. Bahkan ada orang yang nilai kekayaannya naik lebih dari 50 persen. 

Survei yang dilakukan Royal Skandia ini yang dikutip Bussiness Times, Senin (14/5/2012) menyebutkan bahwa dua pertiga dari responden menyebutkan bahwa usaha mereka bertumbuh 10 persen dari tahun 2008 hingga 2011. Yang paling menarik adalah 9 dari 10 responden mengaku mendapatkan harta kekayaan mereka, terutama di Singapura bukan dari warisan atau hasil investasi saham melainkan dari usaha sendiri atau pekerjaan. Orang-orang kaya ini bekerja di sektor industri jasa, manufaktur, dan pelayanan publik dan industri finansial. 

Bagi kita di Flores, rasanya membandingkan kehidupan ekonomi kita dengan ekonomi di negara-negara lain di Asia Tenggara di satu sisi kita anggap sebagai suatu sikap tidak realistis. Karena betapa jauhnya kemajuan mereka jika dibandingkan kita yang masih bergerak di sektor pertainian. Namun tidak ada salahnya kita mengambil hikmah dari pengalaman negara lain untuk dijadikan contoh bagi kita dalam membangun ekonomi kita. Kita mungkin bisa memetik dua hikmah terpenting dari sini. 

Pertama, menabung. Kunci dari kesuksesan negara-negara maju adalah kerja keras, hidup hemat dan menabung. Kapitalisme yang kita takutkan sekarang ini pada awalnya bermula dari semangat kerja keras, hidup hemat dan gemar menabung. Inilah semangat kapitalisme dalam bentuknya yang paling awal. Bangsa-bangsa yang menanamkan semangat kerja keras, hidup hemat dan menabung inilah yang sukses mencapai kemajuan. 

Mengapa nilai-nilai ini tidak terdapat di dalam budaya kita, dalam kehidupan kita dan dalam cara kita membangun ekonomi. Kita gemar dengan hidup “menghabiskan” daripada hidup “menghasilkan”. Itulah sebabnya juga kita seringkali tidak bisa merencanakan kehidupan kita dengan lebih baik. Kita tidak memiliki tabungan untuk masa depan kita. Lingkaran itu akan terus meliliti kita dan pada saat yang sama cara hidup seperti ini membawa serta kemiskinan yang “diwariskan”. 

Kedua, kekayaan yang diperoleh dari usaha sendiri. Kekayaan yang diperoleh dari usaha sendiri adalah buah manis dari semangat kerja keras. Orang tidak mengandalkan warisan. Karena warisan membuat kita menikmati sesuatu tanpa kita menghasilkannya sendiri. Kekayaan itu tidak kita peroleh dengan keringat dan peluh darah kita sendiri. Itulah sebabnya juga, cerita kita adalah ayah menghasilkan, anak menghabiskan. Korupsi yang merajalela di Indonesia barangkali juga menjadi bagian dari kultur kita yang tidak ingin bekerja keras tapi bersemangat dalam menikmati. 

Tidak ada salahnya kita belajar dari orang lain. Hidup sederhana dan gemar menabung. 

Bentara, 25 Mei 2012

Tidak ada komentar: