Oleh FRANS OBON
Dinas Pendidikan Nusa Tenggara Timur (NTT) mau mengusulkan dana sebesar Rp3 miliar untuk membantu mahasiswa yang hendak menyusun skripsi. Tujuannya tentu saja mau meringankan biaya mahasiswa. Karena umunya pada semester-semester akhir para mahasiswa membutuhkan dana cukup banyak. Proyek skripsi ini, kita sebut saja begitu, mesti dilihat kembali.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Esthon Foenay dalam kampanye pencalonan mereka Juni lalu menjanjikan pendidikan murah. Pergeseran dari pendidikan gratis ke pendidikan murah itu muncul ketika ada diskusi luas di masyarakat bahwa gagasan pendidikan gratis itu sesuatu yang mustahil. Yang paling masuk akal adalah pendidikan murah. Pendidikan murah itu terfokus pada program beasiswa. Janji itulah yang dipegang rakyat. Janji tersebut tidak tampak lagi. Dinas Pendidikan NTT sebenarnya harus menerjemahkan visi, misi, dan program gubernur dan wakil gubernur.
Program pemberian beasiswa jauh lebih berdaya guna daripada program bantuan membuat skripsi. Pemerintah pusat tahun depan akan mengalokasikan dana yang cukup besar di bidang pendidikan melalui dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan akan ada alokasi dana dari pemerintah daerah untuk menambahnya. Komitmen politik di tingkat nasional sudah ada setelah Mahkamah Konstitusi mengambulkan judicial review atas perintah undang-undang untuk menyediakan dana 20 persen bagi pendidikan nasional. Konsekuensinya adalah biaya pendidikan makin murah ke depan.
Jika pendidikan makin murah – terpenting tidak ada lagi korupsi dana BOS – terutama di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan menengah atas, maka beban orang tua makin ringan pula. Maka makin banyak pula orang berkesempatan menikmati pendidikan.
Yang jauh lebih efektif dan yang mesti dilakukan pemerintah Provinsi NTT adalah memberikan beasiswa ke jenjang master atau doktoral. Ini jauh lebih penting. Apa yang dibutuhkan rakyat NTT? Pertanian, perikanan, kelautan, komunikasi multietnik? Kirim orang ke jenjang master dan doktoral untuk bidang-bidang yang dibutuhkan rakyat NTT.
Beasiswa ini tidak boleh terbatas pada pegawai negeri saja, melainkan tamatan-tamatan yang bermutu dari perguruan tinggi-perguruan tinggi di NTT termasuk dosen-dosen. Kita andaikan saja bahwa untuk biaya studi master di dalam negeri, per orang dibutuhkan dana Rp50 juta. Maka dua tahun kemudian, NTT menghasilkan master 60 orang. Maka dalam kurun 5 tahun kepemimpinan Lebu Raya dan Esthon Foenay, NTT bisa menghasilkan seratusan lebih master dalam berbagai bidang.
Hal ini akan menjadi tonggak kepemimpinan Lebu Raya-Esthon Foenay. Asumsi kita adalah sumber daya manusia NTT baik di level pengambil kebijakan maupun di perguruan tinggi serta orang-orang yang terjun ke dunia swasta akan makin bermutu dan inovasi-inovasi pun akan muncul pula.
Ende, 5 Desember 2008
1 komentar:
Salam Sejahtera saudaraku,Frans Obon.
saya sangat-sangat setuju dengan ide pemberian bea Siswa daripada dana Skripsi, yang penting sisdurnya harus jelas dan tidak terkesan pilih kasih. kalau pak Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru mau konsisten dengan janji-janji saat kampanye dulu. kita lihat saja! banyak contoh "tidak perlu disebut" pemberian bea siswa yang akhirnya mubazir bahkan harta milik penda NTT dijadikan milik pribadi dari mahasiswa2 yang disangoni Penda NTT. saya putra daerah yang sedang berada diluar NTT, merasa sangat prihatin dengan Bapak2 Pejabat NTT yang jalan mondar - mandir Kupang - Jakarta hanya menghabiskan dana Daerah dan tidak menghasilkan apa2 buat daerah. mohon maaf kalau ada yang salah disini,ini hanyalah bentuk keprihatinan saya sebagai putra daerah. Shallom.
Posting Komentar