29 Oktober 2008

Sayonara

VSO melatih pemanfaatan teknologi komputer untuk gerakan koperasi kredit di Flores.

Oleh FRANS OBON


SUDAH sejak Sabtu pagi, pekan lalu, para pengurus dan manajer koperasi kredit di Kabupaten Ngada, Nagekeo, dan Ende datang ke Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Bekatigade Ende-Ngada di Jln Melati Ende. Malamnya ada pesta perpisahan.

Hampir dua tahun Mike Turner, tenaga VSO dari Inggris bekerja di Puskopdit. Dia tenaga ahli di bidang information and technology (IT). Kontraknya telah berakhir. Mike Turner tiba di Ende Desember 2006. November 2007, istrinya Christine Turner menyusulnya ke Ende. 
Gerakan koperasi kredit di Flores dimulai tahun 1972. Saat itu namanya credit union. Jayakarta adalah credit union pertama di Ende. Gerakan koperasi kredit tidak terlepas dari peran Gereja Katolik di Flores. Pastor Ben J Baack, SVD kala itu menjabat Delegatus Sosial, sebuah komisi pengembangan sosial ekonomi Keuskupan Agung Ende. Tahun 1974 credit union Jayakarta bekerja sama dengan Delegatus Sosial dan CUCO menggelar kursus dasar credit union. 

Pesertanya dari seluruh Flores. Pertemuan ini menyepakati dibentuknya badan pembina dan pengembangan credit union wilayah Nusa Tenggara Timur bagian barat mencakup Kabupaten Ende, Ngada, Manggarai, dan Sumba Timur dan Sumba Barat. Pengurusnya Agus Beu Mude, Guido Lakapung, dan Frans Fernandez. Tahun 1978 badan ini diganti menjadi Badan Pengembangan Daerah Koperasi Kredit NTT Barat. Tahun 1982 diganti lagi dengan nama Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) NTT Barat. Tanggal 22 Agustus 1998 BK3D diganti dengan nama Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende-Ngada.

Di masa Orde Baru gerakan koperasi kredit di Indonesia dilihat dengan sebelah mata oleh pemerintah. Melarang tidak, tapi dibiarkan hidup. Pemerintah lebih mengutamakan Koperasi Unit Desa (KUD). Puskopdit mendapatkan pengakuan dari pemerintah melalui pemberian badan hukum Nomor 03/BH/KWK.24/III/1999.

Mulai tahun 2004 Puskopdit kerja sama dengan Voluntary Social Organisation (VSO) Indonesia. Elvie Gayosa dari Filipina selama dua tahun (2004-2006) bekerja sebagai management advisor. Mike Turner dari Inggris, IT specialist (2007-2008). Gina Ayungao dari Filipina sebagai disability advisor.
Selama hampir dua tahun itu, Mike Turner memberi pelatihan penggunaan teknologi informasi kepada para pengurus dan manajer-manajer koperasi kredit. 


Secara teratur Puskopdit menggelar pelatihan. Balai pendidikan dan pelatihan Puskopdit di Jln Melati Ende tidak pernah sepi. Ini sejalan dengan kebijakan Puskopdit untuk menggunakan sistem komputerisasi pelaporan keuangan. “Dengan sistem komputerisasi, para pengurus secara rutin bahkan bisa tiap hari mendapatkan laporan keuangan dari para manajer,” kata Manajer Puskopdit Mikhael H Jawa kepada saya suatu ketika.

Langkah ini dipandang strategis sebagai bagian dari tekad untuk menjadikan koperasi kredit lembaga keuangan terpercaya bagi anggotanya. Menepis segala keraguan akibat jatuh bangunnya koperasi kredit di Flores.


Dalam rapat anggota tahunan (RAT) tahun buku 2007 di aula Puskopdit Bekatigade, 24 Januari 2008, Mikhael Hongkoda Jawa mengatakan, koperasi kredit harus jadi lembaga keuangan profesional. Dia meminta pengurus dan manajer koperasi kredit membangun komitmen untuk meningkatkan skill manajerial, inovasi teknologi, dan pelayanan yang efektif dan efisien.

Targetnya, 2012 seluruh gerakan koperasi kredit di bawah Puskopdit dikelola profesional dan menggunakan standarisasi menurut Asosiasi Koperasi Kredit Asia (ACCU), yang bermarkas di Bangkok Thailand. Manajemen mencari alternatif-alternatif baru yang lebih menjawab kebutuhan anggota. 


Untuk memperkuat fondasi koperasi, Puskopdit membangun kerja sama dengan Induk Koperasi Kredit di Jakarta, ACCU Bangkok, VSO Indonesia, dan Swisscontact, sebuah lembaga nirlaba asal Swiss.

Beberapa kali pengurus koperasi kredit mengikuti training dan kunjungan lapangan ke Bangkok dan terakhir ke Bangladesh. Swisscontact membantu peningkatan skill manajemen dan pengelolaan keuangan. Semua ini, kata Mikhael, langkah untuk menjadikan koperasi kredit lembaga keuangan terpercaya dan menghindari adanya personalisasi dalam mengelola keuangan.


Pertumbuhan dan perkembangan koperasi meningkat. Dalam kurun lima tahun terakhir (2003-2007), pertambahan anggota 7.448 dan pertambahan aset (2007) Rp36,5 miliar. Proyeksi ke depan, tahun 2010 anggota akan berjumlah 97.027 orang atau tambah 25.476 orang dan jumlah aset Rp324.407.899 miliar atau bertambah Rp87 miliar. Per Januari 2007, jumlah anggota 33.560 orang dengan aset Rp131.176.366, dengan kredit yang beredar Rp109 miliar lebih.


Selain pelatihan penggunaan perangkat komputer, Mike Turner juga merancang website Puskopdit: www.puksopditben.com. Diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2008, bersamaan dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2007.


Mengenakan baju dari bahan tenunan tradisional Ende-Lio, Mike Turner naik ke podium bersama Ketua Puskopdit Theofilus Woghe dan Manajer Puskopdit Mikhael Hongkoda Jawa. Acaranya singkat. Meski begitu, ini langkah maju, sebuah ajang promosi baru melalui dunia maya. Website ini dirancang dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Saat posting, saya ada di Puskopdit. 


Mike Turner bilang, naskah Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tanpa ia ubah terlalu banyak. Dia membiarkan “nuansa” Flores muncul dalam website tersebut. Dia memposting gambar-gambar kegiatan ekonomi anggota yang dibiayai kredit dari koperasi. Istrinya Christine Turner ikut membantu menerjemahkan teks Indonesia ke bahasa Inggris.

“RAT kali ini juga kita membuka lembaran baru dengan meluncurkan website WWW.Puskopditben.com yang akan menjadi media syering bersama antarkoperasi kredit,” kata Mikhael saat itu.


Mike Turner tak berkomentar banyak kala itu. Dia menjelaskan secukupnya dalam bahasa Inggris karena dia tidak terlalu mahir bahasa Indonesia. Barangkali juga dia pegang falsafah: bicara sedikit, bekerja lebih banyak (talk less, do more).


Pada RAT itu Mikhael Hongkoda mengatakan, koperasi kredit akan konsisten menerapkan acces branding sebagai alat ukur untuk memonitor dan mengukur kinerja koperasi di Asia yang difasilitasi ACCU Bangkok. Karena itu dia mengajak anggota koperasi kredit di bawah Puskopdit BEN untuk berpikir global dan bertindak lokal (think globally, act locally).


Ketua Puskopdit Theofilus Woghe dalam RAT Tahun Buku 2007 itu menekankan pentingnya visi dan keberanian melakukan inovasi dalam mengelola koperasi kredit. Menurut dia, acces branding itu mencakup tiga hal yakni human capital, di mana sumber daya manusia menjadi penting, yang ditandai oleh adanya nilai, visi baru, dan kompetensi yang terus diasah melalui pendidikan dan pelatihan. 


Aspek kedua adalah struktur bisnis internal dari koperasi termasuk di dalamnya sistem pelayanan dan pengelolaan keuangan. Aspek ketiga adalah customer capital, yakni bagaimana pengurus dan manajer membangun relasi dengan anggota koperasi demi pencapaian tujuan bersama. Sehingga fokus ke depan adalah pengembangan anggota dan manajemen yang inovatif.

Pemanfaatan teknologi terutama penggunaan sistem komputerisasi dalam gerakan koperasi kredit merupakan suatu momentum baru dalam gerakan koperasi kredit di Flores. Sistem pelaporan keuangan sudah bisa diakses dan diperoleh pengurus kapan saja. Ini amat berbeda beberapa tahun lalu karena laporan keuangan menggunakan mesin tik.

MALAM itu Mike Turner dan istrinya Christine Turner “didandan” seperti keluarga mosalaki, penguasa tradisional di Ende-Lio. Destar di kepala. Kain sarung. Istrinya juga pakai sarung dan baju lawo lambu. Sebuah ibadat Sabda seturut tradisi Kristen membuka acara perpisahan ini.


Pastor Paroki Wolotopo Romo Stef Wolo Itu Pr pimpin ibadat. Mike dan Christine melangkah pelan. Keduanya ambil tempat duduk di depan sebelah kanan. Koor dari anggota koperasi.
Romo Stef dalam kotbahnya mengatakan, Mike Turner bekerja di Flores sebagai rasul pemberdayaan ekonomi umat, menolong masyarakat agar mandiri secara ekonomi. 


Dia meninggalkan kemapanan Inggris dan rela bekerja dalam serba keterbatasan di Flores. Kehadirannya dalam gerakan koperasi kredit memperkuat solidaritas dan memotivasi komitmen anggota koperasi agar membangun swadaya, kemandirian, dan solidaritas. 

“Dia datang bukan sebagai sinterklas melainkan memberikan dan membagi semangat hidup mengabdi, spritualitas sosial. Dia tidak datang membawa agama tertentu, melainkan visi kemanusiaan universal, membagi ilmu, membagi nilai pentingnya bekerja dengan disiplin dan menggalang solidaritas tim,” katanya.

Koperasi, begitu lanjutnya, merupakan bagian dari rencana keselamatan. Puskopdit meminta dia bukan saja untuk memberikan renungan pada perayaan itu, melainkan hadir memberikan kesaksian kepada orang lain bahwa koperasi menjadi salah satu lembaga keuangan yang bisa membantu masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Dia masuk jadi anggota koperasi Serviam tahun 2006 berkat sebuah perjumpaan dengan Ketua Kopdit Serviam Kosmas Lawa Bagho.
 

Menurut Romo Stef, kehadiran Mike Turner dan Christine dalam gerakan koperasi kredit di Flores adalah sebuah “tangan tersembunyi”. Mereka ikut menyumbang bagi kemajuan gerakan koperasi kredit.

Malam itu di tengah guyuran hujan, sambutan silih berganti. Mulai dari Mikhael Hongkoda Jawa sebagai Manajer Puskopdit, Alfons Jemu dari Kopdit Boawae, Ketua Puskopdit Yoseph Dopo – dia menggantikan Theofilus Woghe tahun 2008. Sambutan-sambutan mereka intinya hanya ini: terima kasih atas kehadiran Mike Turner dan istrinya Christine. Memang ada rencana Mike Turner akan meneken kontrak untuk bekerja di Puskopdit 6 bulan lagi pada 2009. Mereka berharap bukan hanya 6 bulan, tapi satu tahun.


Mike dan Christine juga didaulat memberikan sambutan. Betul talk less, do more. Keduanya ucapkan terima kasih untuk kerja sama. “Saya tidak menyangka bertemu banyak orang,” kata Mike.
Gina Ayungao menayangkan rekaman tempat-tempat yang pernah dikunjungi Mike dan istrinya. 


Tentang makanan kesukaan mereka. Kejengkelan mereka dengan musik yang keras di dalam angkutan kota. Juga saat Mike bersama dengan para peserta pelatihan.

Kopdit-kopdit memberikan hadiah kenangan. Kosmas Lawa Bagho panggil satu per satu. Dua meja penuh dengan hadiah kenangan. Mike mesti siapkan satu koper baru. Sesekali Mike buat lucu: duduk berjongkok di balik “gunungan” hadiah. Gina Ayungao memotret. “Klik”. Peserta tertawa terkekeh-kekeh.


Acara sudah di ujung akhir. Sekali lagi Mike Turner dan Christine Turner berdiri. Satu per satu orang ucapkan selamat perpisahan. Bukan pesta kalau tidak ada jai. Ketua Puskopdit Yosef Dopo, E N Ratu Fek, Kosmas Lawa Bagho, dan seluruh peserta turun ke arena. Mike dan Christine ikut jai. Duduk berbaur dengan peserta. Yang dari Bajawa, sebagiannya kembali malam itu juga. Sebagiannya menginap. Sayonara!

Flores Pos, Feature , Koperasi 29-30 Oktober 2008

1 komentar:

ETG mengatakan...

Frans,

You mention my name. Thanks. Tolong lanjutkan blog anda.

Salam
Elvie