Oleh FRANS OBON
Tanggal 11 Maret 2007, pada sebuah misa requiem bagi para korban meninggal bencana alam di Gapong, Perak, dan Gologega pada awal Maret 2007, almarhum Uskup Ruteng Mgr Eduardus Sangsun SVD mengajak umat Katolik untuk menyadari dosa kolektif agar “tidak lagi menebang hutan tetapi menanam sebanyak mungkin pohon di tanah-tanah yang kering sebagai bentuk konservasi alam sehingga tidak terjadi lagi longsoran yang memakan korban jiwa”.
Uskup prihatin dengan jatuhnya korban jiwa dan mengungsinya ribuan orang mencari perlindungan di Paroki Pagal, di Paroki Beamese, Paroki Reo dan Paroki Benteng Jawa. Mulai hari ini, begitu kata Uskup, umat Katolik harus menanam sebanyak mungkin pohon dan “melindungi mata air”. Uskup kala itu mengatakan, hendaknya kejadian bencana tanah longsor ini membuka mata dan membuat sadar semua orang mengenai konsekuensi hari ini dan ke depan dari tindakan merusak hutan. Kala itu juga Uskup meminta paroki-paroki dan pemerintah memberi perhatian serius pada korban karena banyak orang kehilangan tempat tinggal, harta benda, ladang, dan ternak. “Banyak orang berada dalam ketakutan sekarang. Mungkin pula mereka akan kehilangan masa depan. Ini tugas kita untuk membantu mereka”.
Lingkungan hidup adalah salah satu keprihatinan pastoral Gereja Katolik Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Selama 23 tahun masa kegembalaannya, Uskup Edu tidak henti-hentinya memberi perhatian pada masalah ini dan selalu mengajak umatnya menyelamatkan lingkungan hidup.
Ajakan ini adalah sebuah seruan moral mengenai pentingnya memelihara kehidupan (pro life) terutama generasi masa depan. Uskup ingin mengajak umat Katolik untuk membangun sikap solidaritas, ikut prihatin dengan para korban. Keprihatinan itu ditunjukkan oleh sikap menentang segala bentuk perusakan lingkungan hidup.
Setiap anggota Gereja tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri, melainkan sehati dan sepikir bersama anggota yang lainnya membahas bersama mengenai langkah-langkah konkret mencegah kerusakan lingkungan hidup.
Inilah salah satu warisan yang ditinggalkan oleh Uskup Edu, sekaligus keprihatinan yang terus menerus disuarakan oleh para uskup: kepedulian ekologis.
Seharusnya ajakan moral para pemimpin Gereja Katolik ini, terutama di wilayah kita, sungguh menjadi perhatian serius pemerintahan lokal kita. Adalah oleh kewajiban moral dan iman mereka sebagai orang Katolik, sudah sepantasnya para pemimpin pemerintahan lokal berada di garda terdepan untuk memelihara lingkungan hidup. Untuk coba mencari langkah konkret mewujudnyatakan seruan moral ini dan membangun komitmen memelihara lingkungan hidup.
Flores Pos/Bentara/Lingkungan Hidup / 20 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar