Oleh FRANS OBON
Kita bisa memahami
kekecewaan para camat dari 9 kecamatan di Manggarai Timur karena anggota DPRD
Manggarai Timur tidak mengakomodasi pembelian kendaraan dinas operasional para
camat. Topografi Manggarai Timur yang begitu berat dengan infrastruktur jalan
raya di wilayah kecamatan dan pedesaan yang buruk tentu saja membuat mobilitas
para camat terganggu.
Menurut para camat,
kendaraan yang dipakai para camat sekarang sudah tidak layak lagi untuk
menunjang kinerja mereka dalam menangani berbagai persoalan di berbagai desa
dan kampung. Para camat begitu senang dan antusias ketika mendengar bahwa
pemerintah kabupaten mengusulkan dana pembelian kendaraan dinas para camat. Namun,
anggota DPRD Manggarai Timur menolaknya (Flores
Pos, 18 Januari 2014).
Penolakan ini sudah
pasti mencerminkan adanya perbedaan prioritas dalam mengalokasikan dana
pembangunan di Manggarai Timur. Dalam pandangan anggota DPRD Manggarai Timur
pembelian mobil dinas para camat bukanlah sebuah prioritas. DPRD ingin
memperbesar belanja modal, anggaran yang bersentuhan langsung dengan
peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Sementara bila anggaran pembelian mobil
dinas disetujui, maka hal itu akan menambah besar belanja yang dipergunakan
untuk aparatur pemerintah.
Kita setuju bahwa
fasilitas kerja yang memadai sangat diperlukan oleh para camat untuk
meningkatkan pelayanan mereka kepada masyarakat. Menggunakan kendaraan roda
dua, misalnya, untuk menjangkau wilayah kecamatan yang luas, tidaklah masuk
akal. Apalagi wilayah-wilayah seperti Elar dan Sambirampas. Wilayah kerja
sembilan camat di Manggarai Timur memang cukup sulit. Apalagi pada musim hujan
seperti sekarang. Oleh karena itu tidak adil bila kemudian anggota DPRD
Manggarai Timur menuntut kinerja yang prima dari para camat tanpa diberi sarana
dan fasilitas kerja yang memadai. Memang dengan pemberian fasilitas kerja
seperti ini, sudah pasti akan berdampak pada meningkatnya anggaran untuk
pemeliharaan fasilitas kerja pemerintah dan biaya operasional. Itu adalah
konsekuensi logis.
Namun “serangan
balik” para camat yang mengancam melakukan aksi “tidak memilih lagi” anggota
DPRD Manggarai Timur yang menolak usulan pembelian kendaraan dinas para camat,
patut dipertanyakan. Para camat sebagai
pegawai negeri sipil pada dasarnya dilarang berpolitik. Meskipun lahir dari
rasa kecewa atas penolakan pembelian mobil dinas, namun pernyataan “serangan
balik” untuk tidak memilih anggota Dewan yang menolak atau melakukan black list terhadap mereka adalah aksi
politik. Dengan demikian, pernyataan
para camat itu memperkuat dugaan masyarakat luas bahwa para camat seringkali
“bermain politik” dalam ajang politik lokal seperti pemilihan anggota legislatif
dan terutama pada pemilihan kepala daerah. Ini juga berarti para camat tidak
pernah netral dalam politik lokal.
Oleh karena itu kita
mengerti dengan terang bahwa aktivitas para camat biasanya meningkat ketika
terjadi perhelatan politik lokal. Dengan menggunakan kendaraan dinas yang dibiayai
rakyat, para camat “memiliki urusan begitu rupa” ketika terjadi perhelatan
politik. Atau juga jangan-jangan ada intervensi para camat pada rekapitulasi
suara di tingkat kecamatan. Dengan ini kita mau mengatakan bahwa “serangan
balik” para camat itu merupakan pemakluman mengenai ketidaknetralan aparat
birokasi dalam politik kita.
Bentara, 20 Januari
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar